Indonesia sebagai negara tropis yang subur dan kaya akan sumber daya alam, merupakan salah satu produsen nanas terbesar di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi nanas di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 3.156.576 ton.Â
Tak hanya menjadi mendominasi pasar dalam negeri, buah nanas (Ananas Comosus) juga berhasil menembus pasar ekspor dan membawa nama Indonesia ke panggung dunia. Namun, muncul sebuah tantangan lingkungan yang tak bisa diabaikan, yakni penumpukan limbah kulit nanas. Padahal, limbah ini menyimpan potensi luar biasa yang belum tergali.
Kulit nanas yang sering kali dipandang sebelah mata, ternyata mengandung serat alami dan senyawa bioaktif yang dapat menjadi bahan baku untuk berbagai produk bernilai tinggi. Mulai dari bioplastik, pupuk organik, hingga material penyaring air, semuanya bisa dihasilkan dari olahan limbah ini.
 Dengan pemanfaatan teknologi yang canggih dan pemrosesan yang tepat, limbah kulit nanas ini berpotensi diubah menjadi solusi untuk pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Pemanfaatan limbah kulit nanas ini sangat sejalan dengan upaya global mencapai Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG-6.3 yang menekankan pentingnya pengelolaan limbah berkelanjutan untuk menjaga sumber daya air dan mengurangi pencemaran. Kulit nanas yang kaya akan serat dan senyawa alami ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi material penyaring air limbah yang efektif.Â
Selain itu, pemanfaatan limbah ini juga dapat menekan timbunan sampah organik yang berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca. Jika diterapkan dengan optimal, inovasi ini akan membawa Indonesia semakin dekat menuju pencapaian SDG-6.3, sekaligus memperkuat posisi sebagai pionir dalam teknologi pengolahan limbah ramah lingkungan.
Tidak berhenti di sana, terobosan baru telah dicapai oleh Prof. Heru Suryanto, sebagai ketua tim peneliti dari Pusat Sains dan Rekayasa (PSR), LPPM Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun 2024, yaitu keberhasilan memanfaatkan limbah kulit nanas menjadi nanokomposit membran dengan penguat nanoclay.Â
Nanokomposit membran ini telah dikarakterisasi dan sebagian hasil karakterisasinya telah dipublikasikan pada The 7th International Conference on Life Sciences and Technology serta The 4th International Conference on Renewable Energy (I-CoRE) 2024 dan sedang dinilai keaikannya untuk dapat diterbitkan pada jurnal internasional bereputasi.
 Untuk kedepannya prototipe membran ini akan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dalam menyaring air limbah khususnya limbah pewarna. Membran ini diyakini menjadi solusi permasalahan limbah yang ramah lingkungan dan efektif dalam mengatasi polutan, serta membantu menjaga kualitas air yang lebih aman untuk ekosistem
Penemuan ini tidak lepas dari dukungan penuh Universitas Negeri Malang yang memberikan fasilitas dan kesempatan bagi para peneliti untuk terus berinovasi melalui dana Penelitian Unggulan Pusat 2024. Dengan dukungan dari pihak kampus, riset ini diharapkan bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan menjadi langkah awal untuk memaksimalkan potensi limbah buah nanas.Â