Seperti katamu, jika semua pintu tertutup. Bisa masuk lewat cendela mimpimu.
Rasanya penat jiwa  ini menatap jauh dari mimpiku yang melayang diantara kesunyian tengah malam. Dan terlalu tinggi untuk meraih korden yang menyekat cendela penuh dengan ornament masa lalu.
Sementara bayang-bayang wajahmu terselip diantara lipatan kain korden cendela, melambai lambai penuh makna. Â Aku jadi ragu meniupkan rindu yang kubawa setiap waktu.
Lalu terdengar suara lirih dicelah bilik ruang hatimu yang selalu menyenandungkan kisah-kisah lama. Aku tak tahu tentang perjalanan masa lalumu yang dihantui dengan kekecewaan tajam. Menggores diantara paitnya bermain asmara.
Benarkah itu suaramu? Yang memanggil-manggil dicendela mimpimu? Sungguh berat masuk dipusaran mimpimu. Mungkin cendela mimpimu terlalu tinggi untuk disinggahi.Â
Jangan tutup cendela mimpimu. Sebelum kutata tangga dengan aksara dan nyanyian pelipur lara.
Sungailiat,Â
Bangka akhir Agustus 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI