Mohon tunggu...
Heru Riswan
Heru Riswan Mohon Tunggu... Hoteliers - just a simple with complicated dream

orang yang akan pergi bersama angin,,calon seorang sosiolog. mantan barista

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidak Suka Kopi Karna Kafein? Yuk Coba Kopi Decaf

22 Januari 2018   01:37 Diperbarui: 22 Januari 2018   02:03 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini kopi menjadi minuman favorit bagi penduduk dunia, banyangkan 1,5 milyar cangkir kopi di minum setiap harinya.  Tak heran jika banyak sekali coffee shopdi seluruh dunia berlomba-lomba menyajikan sajian kopi terbaik mereka.  Indonesia termasuk menjadi salah satu negara yang tak mau kalah menyajikan kopi terbaiknya.  Menjadi urutan ke tiga sebagai penghasil kopi terbaik dunia, banyak sekali coffee shop  lokal yang memiliki cita rasa nusantara yang bersaing dengan brand coffee shopterkenal dunia.  Kopi telah menjadi sebuah kebutuhan primer dalam setiap aktifitas setiap orang.

Namun kita tidak bisa menarik kesimpulan jika semua orang menyukai minuman berwarna hitam ini, beberapa orang  tidak meminum kopi dengan banyak alasan terutama kafein yang terkandung pada biji kopi yang membuat lambung kewalahan.  Sebetulnya kandungan kafein terbesar bukan lah terkandung di dalam biji kopi melaikan dalam sajian teh, teh hitam memiliki kandungan kafein yang jauh lebih tinggi di bandingkan dengan kopi.  Kopi robusta memiliki kandunga kafein sebesar 2% dan arabika memiliki kandungan kafein 1%, nilai tersebut jauh lebih rendah ketimbang teh.

Atas dasar ke khawatiran mengenai kafein ini lah banyak sekali para pelaku industri kopi melakukan penelitian untuk mengatasi kadar kafein dalam kopi.  Pada tahun 1903 seorang pedagang jerman bernama ludwig roselius mengebangkan sebuah biji kopi denga kadar kafein yang lebih rendah yaitu 0,01% atau biasa di sebut sebagai decafination atau kopi decaf.  Kopi decaf diciptakan ludwig atas kekhawatiran dan asumsi bahwa meminum kopi berlebih telah meracuni ayahnya. 

Kopi decaf adalah kopi yang memiliki kandungan kafein lebih rendah dibandingkan dengan kopi yang biasa kita minum, seperti yang telah disinggung diatas kandungan kafein pada kopi decaf hanya 0.01%.   proses decafination awalnya dilakukan pengukusan biji kopi dengan berbagai asam atau basa, kemudian dilanjutkan dengan prosees pelarutan kafein dengan menggunakan benzena.  Mulanya proses decaf ini menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya kini bahan-bahan tersebut sudah ditinggalkan karena alasan kesehatan.

Saat ini proses decafination hanya menggunkan tiga metode yaitu direct proses, yaitu pelarutan zat kafein menggunakan methyl cloride, kemudian natural proses yaitu proses decafination menggunkan hormon tanaman dan yang terakhir adalah water prosess yaitu proses decafination tanpa menggunakan bahan kimia sama sekali.

Jika kita berbicara mengenai rasa kopi decaf seperti pada umumnya kopi decaf memiliki rasa yang sama dengan kopi biasa namun ada beberapa karakteristik yang hilang dari kopi tersebut.  Kopi decaf biasanya memiliki karakter yang lebih ringan dibandingkan dengan kopi biasanya.  Kita hanya dapat merasakan rasa kopi yang lebih mellow dan soft.

Sebetulnya masih menjadi perdebatan mengenai efek dari kpi decaf jika terus di konsumsi.  Pada dasarnya kopi decaf bukan kopi dengan cafein free efek kafein akan sama jika kita terlalu banyak meminum kopi decaf.

Kopi decaf menjadi alternatif para penikmat kopi dengan kekhawatiran efek kafein yang terlalu tinggi dalam sebuah biji kopi pada umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun