Minimnya pengalaman sebagai orang tua membuat mereka akan memberikan semua yang terbaik untuk anak pertama. Apalagi, saat adik belum lahir dan kami masih jadi satu-satunya objek perhatian. Keinginan untuk memberikan yang terbaik terkadang membuat orang tua overprotective terhadap kami.
Terpaksa Selalu Mengalah dan Paham Keadaan merupakan suatu beban selanjutnya yang dirasakan oleh anak pertama. Perhatian penuh orang tua pada anak pertama mulai berubah saat adik datang.Â
Kami perlahan dituntut untuk selalu mengalah dan paham keadaan. Kalimat seperti "Adikmu belum paham apa-apa, tolong mengalah ya, Kak." adalah makanan sehari-hari.Â
Seringkali orang tua tidak paham bahwa kalimat tersebut terucap tanpa memikirkan perasaan kami. Contohnya, ketika kami dijanjikan akan dibelikan sebuah barang berbulan-bulan, namun tidak kunjung dibelikan.Â
Orang tua malah menuruti permintaan adik dan membelikan apa yang diminta adik terlebih dahulu. Kami diminta mengalah karena adik belum tahu makna mengalah. Ibu dan Ayah tidak bertanya apakah kami suka dengan permintaan untuk mengalah.
Terpaksa Selalu Dewasa. Ketika orang tua tidak ada di rumah, seringkali anak pertama berubah peran menjadi "kepala keluarga" sementara. Tiba-tiba kami dianggap seperti orang dewasa yang bisa mengatasi semua masalah. Kami harus bisa menjaga keadaan rumah dalam aturan yang sudah ditetapkan orang tua.Â
Menjaga adik, membersihkan rumah, dan kegiatan rumah tangga lainnya seringkali menjadi tanggung jawab kami. Ketika tanggung jawab tersebut dianggap tak berjalan baik, tak jarang kami yang disalahkan. Padahal kami tidak paham bagaimana cara mengurus anak kecil. Kami belum pernah jadi orang tua, bukan?
Inilah beberapa alasan mengapa menjadi anak pertama adalah beban hidup yang sangat berat. Kita harus senantiasa patuh kepada kedua orangtua kita. Tak bisa dipungkiri bahwa mempunyai adik adalah suatu anugerah yang tidak kalah hebatnya, tetapi dimana ada kelebihan pasti ada kekurangan. Jadi, walaupun berat bebannya kita tidak boleh mengeluh apalagi memberontak kepada orangtua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H