Mohon tunggu...
Heru Pratikno
Heru Pratikno Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Bahasa Indonesia

Unisba

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Isu Pengkhianatan dalam Konteks Sosial dan Politik di Indonesia

2 Oktober 2023   10:00 Diperbarui: 2 Oktober 2023   10:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kemunculan sebuah kata saat ini dan yang akan datang dengan bentuk yang sama berpeluang mengalami pergeseran makna. Pergeseran makna tersebut disebabkan adanya beberapa faktor yang memengaruhi. Pengaruh terbesar dari pergeseran tersebut di antaranya adalah sifat bahasa, pengguna bahasa, dan konteksnya. Kajian yang dapat membongkar pengungkapan makna sebuah kata adalah semantik. Dalam hal ini, kata yang akan menjadi fokus diskusi adalah kata pengkhianatan.

Kata pengkhianatan dalam konteks kehidupan sosial politik Indonesia mempunyai makna yang kompleks dan berbeda-beda. Hal itu bergantung dari sudut pandang penutur dan konteks tertentu. Berbicara tentang makna konteks pasti ada kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada suatu peristiwa. Penggunaan kata pengkhianatan akan ditelusuri penulis dari konteks kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Jadi, hubungan semantik kata pengkhianatan dalam konteks kehidupan sosial politik Indonesia dapat mempunyai arti dan konotasi yang beragam.

Yang penting untuk diingat adalah penggunaan kata pengkhianatan seringkali sangat subjektif dan bergantung pada perspektif individu atau kelompok yang terlibat dalam situasi tersebut. Oleh karena itu, pembahasan kata pengkhianatan dalam konteks kehidupan sosial dan politik Indonesia penting untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan latar belakang sejarah yang mungkin memengaruhi makna kata tersebut. Berikut ini merupakan beberapa hubungan semantik pada kata pengkhianatan berdasarkan dua konteks tersebut.

Dalam konteks sosial, kata pengkhianatan dapat merujuk pada tindakan individu atau kelompok yang melanggar norma sosial atau etika dalam masyarakat. Contoh pengkhianatan dalam lingkup sosial adalah sebuah hubungan persahabatan, romantika percintaan, atau kelompok bisnis yang berakhir karena telah melanggar kepercayaan atau komitmen. Pada contoh kasus kedua, yakni pengkhianatan dalam dunia percintaan bersifat pribadi. Hal itu dianggap biasa dalam pandangan masyarakat dan tidak akan berdampak luas.

Selain itu, pengkhianatan dalam konteks sosial juga dapat dilihat dalam hal ketidaksetiaan terhadap kelompok etnis, agama, atau komunitas tertentu. Hal tersebut muncul dalam bentuk diskriminasi atau penindasan terhadap kelompok minoritas. Dengan begitu, pengkhianatan tersebut akan menimbulkan efek luar biasa dari masyarakat luas karena adanya rasa empati dan kedekatan emosional. Jadi, untuk meminimalkan seperti itu dibutuhkan sikap solidaritas.

Pada kondisi sosial tertentu, seseorang yang telah melakukan pengkhianatan terhadap diri dan lingkungannya berarti dia lebih mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum. Padahal, pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Contohnya adalah sikap sikap tidak mau antre, tidak punya empati, antikritik, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Kondisi seperti itu merupakan bagian dari pengkhianatan dalam konteks sosial bahkan politik karena ada kaitannya dengan kebijakan.

Sementara itu, pengkhianatan politik sering kali mengacu pada tindakan politisi atau pemimpin yang mengkhianati janji atau komitmen politik yang telah mereka buat kepada pemilih atau partai politiknya. Hal ini sering dianggap sebagai tindakan yang merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik. Dalam politik Indonesia, pengkhianatan juga sering dikaitkan dengan konflik internal dalam partai politik. Misalnya, anggota partai berpindah ke partai lain atau mendukung kandidat dari partai lain. Dengan begitu mereka telah ingkar dan mengkhianati partai asalnya.

Pengkhianatan dalam politik juga dapat merujuk pada hilangnya kredibilitas politik seseorang akibat tindakan atau keputusan yang dianggap bertentangan dengan janji atau platform politik yang dianutnya. Belakangan ini yang sedang ramai terjadi adalah terkait pilpres di Indonesia sehingga kata pengkhianatan sering dikait-kaitkan akibat ulah para politisi. Contoh yang masih ingat di benak kita adalah terkait pencapresan Anies yang akan dipasangkan oleh AHY. Akan tetapi, pada akhirnya AHY gagal berpasangan dan digantikan oleh Muhaimin.

Lalu, dari peristiwa politik itu, banyak spekulasi yang bermunculan hingga muncullah istilah pengkhianat politik. Istilah tersebut disematkan kepada Anies dan Muhaimin karena mereka berdua tergoda dengan tawaran politik. Anies yang sudah berjanji dan akan memilih pendampingnya AHY, kemudian ia berpaling sehingga kubu AHY menganggap Anies berkhianat dan tidak Amanah. Di sisi lain, hal yang sama juga dilakukan oleh Muhaimin yang malah menerima tawaran Anies sebagai wakilnya. Padahal, Muhaimin berada di kubu koalisi Prabowo sehingga ia pun dicap sebagai pengkhianat koalisi.

Pada intinya kata pengkhianatan menjadi popular menjelang pilpres 2024 ini. Kata tersebut sering ditujukan kepada lawan politik untuk menurunkan elektoralnya dan kepercayaan masyarakat. Artinya, jika diperhatikan dengan saksama, kata pengkhianatan menjadi hal yang biasa di dunia politik. Padahal, kata tersebut berdampak sosial dan menjadi perhatian masyarakat luas. Namun, kenyataannya bukan hanya Anies dan Muhaimin yang pernah melakukan pengkhianatan politik, melainkan hampir sebagian besar politisi dan partai politik. Jadi, masyarakat kini sudah memaklumi hal tersebut dan tidak dianggap aneh.

Apabila ditarik ke belakang tentang sejarah politik Indonesia, pengkhianatan sering dikaitkan dengan pemberontakan dan kudeta. Sejarah politik Indonesia penuh dengan contoh pengkhianatan politik, seperti pemberontakan terhadap pemerintah yang sah atau kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan terpilih. Contoh yang terkenal adalah kudeta tahun 1965 tentang pemberontakan G30SPKI yang berusaha mengganti ideologi negara menjadi komunis. Selain itu, pernah juga terjadi kudeta militer yang berusaha mengambil alih pemerintahan saat reformasi 1998.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun