Wonomulyo adalah sebuah kecamatan di Polewali Mandar, yang merupakan mayoritas penduduknya di huni oleh masyarakat dari suku Jawa, dan Mandar spesifikasinya yah dari Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Tetapi selain itu Wonomulyo juga di huni beberapa etnis suku, seperti Bugis dan Mamasa. Jadi spesifikasinya secara terperinci Wonomulyo di huni oleh 4 etnis suku.
Di Wonomulyo sendiri jumlah persen masyarakat suku Jawa sendiri adalah hampir 50 %, selebihnya Suku Mandar 30 %, 15 % Suku Bugis, dan 5 % dari Mamasa.
Kemudian muncul pertanyaan bagaimana sejarah Kec. Wonomulyo menjadi tempat yang mayoritas masyarakatnya suku Jawa yang notabene wilayah tempatnya adalah daerah suku Mandar. Dan mengapa Wonomulyo bisa hidup rukun bersampingan dengan berbagai macam suku, serta bahkan aliran kepercayaan agama?
Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, memiliki sejarah yang menarik. Kecamatan ini terbentuk pada tanggal 1 September 1937, saat masih bernama distrik. Awalnya, Wonomulyo dibuka oleh transmigran dari Pulau Jawa yang didatangkan oleh Kolonial Belanda pada tahun 1934 .
Nama "Wonomulyo" sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang berarti "hutan mulia". Hal ini mencerminkan keberadaan hutan yang luas di daerah tersebut pada masa lalu.
Pendopo, sebuah bangunan bersejarah di Wonomulyo, merupakan salah satu jejak sejarah orang Jawa di daerah tersebut. Pendopo ini dibangun sebelum kolonisasi Belanda dan masih tetap difungsikan sebagai tempat pertemuan masyarakat hingga saat ini.
Jadi selain itu Wonomulyo juga hidup berdampingan dengan berbagai suku, bahkan 4 suku ini hidup bertetangga atau berdampingan tanpa memisahkan tiap desa dengan suku masing-masing.
Hidup rukun dan bertetangga dengan berbagai macam Budaya di "Kampung Jawa" slogan dari kecamatan Wonomulyo itu sendiri. Dari awalnya berdiri kecamatan Wonomulyo hidup rukun dan hamonis selama sudah berpuluh-puluh tahun. Bahkan kalau di telisik lebih dalam kasus Intoleran di tempat ini hampir tidak ada sama sekalo, walaupun di huni berbagai macam suku dan kepercayaan Agama.
Ini menjadi hal menarik, karena selain mereka hidup damai bersampingan, bahkan corak perkembangan di sana juga melalui perkawinan. Jadi di Wonomulyo sendiri tida membatasi atau ada aturan yang melarang kita untuk menikahi dengan berbeda suku. Nah ini yang kemudian menjadi kultur disana, selain mereka hidup bersama bahkan melalui corak pernikahan, dan perdagangan ekonomi.