Mohon tunggu...
Herumawan P A
Herumawan P A Mohon Tunggu... Lainnya - Pernah menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Menyukai olahraga sepakbola, sedang belajar menjadi citizen Juornalism dan suka menulis apapun. Mulai dari artikel sepak bola, cerita remaja, cerita pendek, cerita anak hingga cerita misteri.

Asli wong Jogja. Sekarang tinggal di Sleman.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik, antara Pamer dan Silaturahmi

4 Agustus 2013   20:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik atau Mulih Dhisik, kata orang Jawa, merupakan sebuah fenomena umum yang bisa dijumpai pada saat lebaran Syawal. Mudik juga diartikan perjalanan pulang dari kota ke desa (kampung halaman). Mudik ini hanya besrsifat sementara dan tidak lama, Biasanya orang-orang yang melakukan mudik (disebut pemudik) hanya tinggal tidak lebih dari seminggu di kampung halaman.

Pada saat pulang ke kampung, para pemudik mempunyai maksud dan tujuan yakni ingin bersilaturahmi. Tapi sebagian pemudik mempunyai maksud lainnya selain bersilaturahmi. Diantaranya, pamer kesuksesan di hadapan warga kampung halamannya. Ini hal yang wajar dan tak perlu diperdebatkan.

Tapi dibalik pamer kesuksesan itu ternyata juga ada ekses negatifnya. Yakni membuat warga di kampung halamannya untuk bisa meraih kesuksesan seperti itu juga. Caranya dengan bekerja ke kota atas inisiatif sendiri atau diajak saudaranya yang sudah sukses disana. Tak masalah kalau mereka mempunyai ketrampilan yang memadai. Sayangnya, kebanyakan tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sehingga begitu merasa tidak berhasil meraih kesuksesan seperti impiannya, mereka lantas mencari jalan pintas. Salah satunya, dengan melakukan tindakan kriminal.

Sebenarnya, hal itu bisa dihindari kalau para pemudik mau sedikit tidak berpamer kesuksesan ketika pulang kampung. Hendaknya, para pemudik membawa barang yang tidak terlalu mewah. Para pemudik juga harus menyadari esensi mudik sesungguhnya yakni sebagai media silaturahmi. Karena hanya pada saat mudiklah, para pemudik yang bekerja di kota atau luar negeri bisa berkumpul dan saling berukar pikiran dengan anggota keluarganya.

Dari sinilah, tali silaturahmi itu mulai terjalin kembali. Ini yang harus dikelola semaksimal mungkin. Karena orang-orang yang senang menjalin tali silaturahmi, maka rejekinya akan dilapangkan oleh Tuhan. Dan bukankah Tuhan menyukai orang-orang yang menjalin tali silaturahmu daripada yang memutuskannya.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun