Mungkin judul diatas adalah sebuah pertanyaan tolol dan bodoh. Biarlah, toh ini hanya pertanyaan bukan pernyataan. Entah kenapa terlintas pikiran di benak ini akan sebuah pertanyaan, "Kemanakah klub LPI?". Mengingat ini sudah lebih setahun LPI (kompetisi pembangkang menurut PSSI era Nurdin Halid) berlalu. Mengingat pula, LPI sendiri (diakui atau tidak) merupakan cikal bakal IPL. Lha, coba saja LPI dibaca dari belakang pasti akan berbunyi IPL. Begitu pula artinya. Dalam bahasa Inggrsnya Liga Prima Indonesia itu Indonesian Primer League. Sama kan dalam hal nama lho!! (Jangan cepat marah dulu hehehehe :D).
Tapi setelah PSSI baru yang dipimpin oleh Djohar Arifin Hussein berdiri, LPI pun tidak terdengar namanya, Yang kemudian menjadi pertanyaan, "Kemanakan klub LPI?. Publik pun bertanya-tanya, "Kemanakah klub Bali Dewata, Minangkabau FC, Bandung FC, Aceh United, Semarang FC, Ksatria XII Solo FC, Real Mataram, Cendrawasih FC, Jakarta 1928 FC, Batavia FC dan lainnya?".
Memang kompetisi LPI sudah bubar tapi apakah klub-klub LPI juga harus membubarkan diri? Sangat disayangkan mengingat klub-klub LPI dulu didengung-dengungkan sebagai klub profesional yang tidak menggunakan dana APBD. Jadi agak tidak bisa dinalar klub-klub LPI yang tidak menggunakan dana APBD malah bubar cepat.
Semestinya klub-klub LPI meleburkan atau menggabungkan diri dengan klub yang sudah lama berkiprah di Indonesia. Itu mungkin saja seperti Persija IPL yang sebagian besar pemainnya berasal dari Jakarta 1928 FC. Sementara klub-klub LPI lainnya seperti Bali Dewata hilang entah kemana.
Bukan hanya itu saja. Beberapa pemain asing yang dulu bermain di LPI nasibnya entah kemana. Sejumlah pemain yang dulu bermain di klub-klub LPI mungkin sudah mengikat kontrak dengan klub-klub IPL. Tapi tidak sedikit pula yang nasibnya kurang beruntung. Salah satu contohnya Lee Hendrie mantan pemain timnas Inggris dan klub Aston Villa ini dulu dikontrak (kalau tidak salah) Bandung FC, sekarang entah bermain dimana. Masa seorang pemain hanya dikontrak selama setengah musim dan setelah itu klub yang dibelanya ternyata malah bubar. Berbeda dengan David Beckam dan Thienry Henry yang dipinjamkan ke klub lain hanya beberapa minggu tapi klub yang meminjamkannya masih berdiri hingga sekarang.
Kalau begini, klub-klub LPI seperti mainan saja yang bisa dipasang bongkar sesuka yang mempunyai uang. Sayang sekali, padahal klub-klub LPI dulu didengung-dengungkan sebagai klub profesional lantaran tidak menggunakan dana APBD tapi mengapa umurnya malah lebih pendek dari klub yang menggunakan dana APBD? Semestinya kalau PSSI peduli, klub-klub LPI dimasukkan di Liga Amatir atau Divisi III. Dan jangan biarkan klub-klub ini bubar. Semoga usul ini bisa diterima.
Salam olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H