Dalam rangka memperingati ulang tahun ke 50 PT. Angkasa Pura Airport akan melakukan serangkaian acara perayaan yang konon akan berlangsung sepanjang tahun 2014. Direktur Utama PT. Angkasa Pura Airport Bpk Tommy Sutomo mengirim sms, mengundang untuk bersama-sama menyaksikan performance Iwan Abdulrachman hari Kamis 16 Januari 2014 di Aula Gedung serbaguna.
Saya tahu, dan sangat mengagumi salah satu lagu Bimbo yang fenomenal yaitu Melati dari Jayagiri. Dan lagu itu sebenarnya adalah ciptaan Iwan Abdulrachman. Oleh sebab itu undangan Pak Tommy sungguh bagaikan pucuk dicinta ulam tiba.
Ridwan Armansjah Abdulrachman, dikenal sebagai Abah Iwan, lahir di Sumedang, Jawa Barat 3 September 1947. Beliau adalah penulis lagu yang fenomenal antara lain : Mentari, Burung Camar, Melati dari Jayagiri, Flamboyant, Detik Hidup, Seribu Mil Lebih Sedepa, Hymne Wanadri, Hymne Unpad dsbnya. Abah Iwan dalah pendekat silat, anggota kehormatan Wanadri, pecinta lingkungan, seorang prajurit Indonesia, penggemar motor besar, seorang yang berani, besar hati, lembut hati dan menghargai sesama. Selain juga seorang pendaki gunung yang ulung dia adalah orang yang penuh perhatian.
Dan siang itu aula gedung serbaguna PT. Angkasa Pura Airport, benar-benar hanyut terbawa oleh performance Abah Iwan. Beliau menyanyi, menguraikan bagaimana lagu-lagunya tercipta, memaknai syair-syairnya, melucu, memotivasi, menyadarkan untuk memaknai hidup dan menginagtkan tentang kematian. Abah Iwan benar-benar luar biasa. Beliau mengajak penonton untuk memahami keindahan alam semesta, terutama tentang gunung, bersyukur atas keindahan dan mampu menangkap maknanya. Yang hebat, dengan itu semua beliau mampu mengajak penonton mendengarkan message-nya dan menyadari untuk mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat sebelum menghadap Sang Khalik.
Abah Iwan membuka acaranya dengan sebuah lagu yang sangat terkenal pada waktunya, Melati Dari Jayagiri. Lagu itu lahir bulan Maret tahun 1968. Lagu itu ditafsirkan sebagai lagu cinta. Tetapi sebetulnya menurut beliau tema dari lagu Melati Dari Jayagiri, adalah tentang hutan itu sendiri.
Lirik lagu itu selengkapnya adalah sebagai berikut :
Di puncak bukit Telah saling janji
Telah terjadi Janji sehidup semati
Melati dari Jayagiri Kuterawang keindahan kenangan
Hari-hari lalu di mataku Tatapan yang lembut dan penuh kasih ...
Kuingat di malam itu Kau beri daku senyum kedamaian
Hati yang teduh dalam dekapan Dan kubiarkan kau kecup bibirku
Mentari kelak kan tenggelam Gelap kan datang dingin mencekam
Harapanku bintang kan terang Memberi sinar dalam hatiku
Kuingat di malam itu Kau beri daku senyum kedamaian
Mungkinkah akan tinggal kenangan Jawabnya tertiup di angin lalu
Abah Iwan bernyanyi dan berhenti sejenak diselang-selingi penjelasannya mengenai makna lagi tersebut. Termasuk pesan dalam refrain lagu itu, bahwa dalam kehidupan akan selalu ada episode dimana :
Mentari kelak kan tenggelam/Gelap kan datang / Dingin mencekam
Dalam kehidupan ini, tidak selamanya akan terang benderang. Jika mengalami kegelapan, janganlah berputus asa. Ketika berada dalam gelap malam, lihatlah ke langit, barangkali ada bintang di sana yang member secercah harapan.
Harapanku bintang kan terang /Memberi sinar dalam hatiku
Abah Iwan menganjurkan : “Lihatlah ke langit! Barangkali ada sinar … Bintang memang tidak sehangat matahari. Tetapi harapan yang tumbuh karena sinarnya. Bintang itu memberi harapan dan membuat kuat menunggu matahari esok terbit. Dibalik syair itu, sesungguhnya orang jangan putus asa di dalam menjalani hidup ini. Jadilah bintang yang memberi inspirasi dan membangkitkan antusiasme.
Di usianya yang sudah 67 sekarang, Abah Iwan masih tetap segar bugar dan penuh daya hidup. Ketika berbicara maupun menyanyi, suaranya masih utuh dan intonasinya terasa penuh makna dan menggerakkan jiwa.
Menyaksikan langsung beliau menyanyi, menunjukkan kepada saya Abah Iwan sungguh seorang yang luar biasa.
Pantas saja jika Pak Tommy secara berkelakar menyebutnya aliran Wanadriyah, karena beliau dari Wanadri. Dari ucapan dan sikapnya, beliau adalah seorang sufi yang mempraktekkan Tasawuf. Alam mengajarkan banyak hal dan Abah Iwan memaknainya dengan tulus hati, dengan belajar langsung dari alam dan memahami alam dan bersyukur kepadaNYA dari tanda-tanda yang diisyaratkan oleh alam.
Selanjutnya Abah Iwan menyanyikan lagu, yang saya hanya tahu bahwa itu lagunya Vina Panduwinata : Burung Camar. Ternyata lagu itu diciptakan oleh Abah Iwan dari inspirasi yang nyata terjadi, ketika beliau bekerja di rig sebuah anjungan eksplorasi minyak di laut.
Burung camar, tinggi melayang
Bersahutan, di balik awan
Membawa angan-anganku jauh meniti buih
Lalu hilang larut di lautan
Oh .. bahagia tiada terperi indah nian derap jiwaku
Tak kenal duka derita tak kenal nestapa Ceria penuh pesona
Tiba-tiba ku tertegun lubuk hatiku tersentuh
Perahu kecil terayun nelayan tua di sana
Tiga malam bulan telah menghilang
Langit sepi walau tak bermega
Tiba-tiba kusadari lagu burung camar tadi
Cuma kisah sedih nada duka hati yang terluka
Tiada teman berbagi derita Bahkan untuk berbagi cerita
Burung camar tinggi melayang
Bersahutan di balik awan
Kini membawa anganku yang tadi melayang
Jatuh dia di dekat kakiku
Lagi-lagi beliau menyanyi sambil menjelaskan arti syair lagu itu. Beliau bercerita ketika bekerja di rig. Beliau makan steak yang kala itu adalah suatu hal yang mewah, setiap hari. Suatu saat ketika beliau akan pulang, beliau membungkus steak agar koleganya dapat ikut merasakannya. Tetapi manager rig melarang untuk membawa. Kalau tidak dimakan harus dibuang. Dan Abah terpaksa membuang steak tersebut.
Ketika memandang di kejauhan beliau melihat ada nelayan yang sudah 3 hari 3 malam mencari ikan dan tidak mendapat apa-apa. Dan itu membuatnya tertegun dan merasa bersalah. Mengapa dia membuang steak yang sangat enak itu, padahal di dekatnya ada yang kelaparan?
Dan lagu itu memenangkan lomba di tingkat nasional. Bukan itu saja bahkan ketika ikut lomba di Jepang lagu itu yang diaransir oleh Chandra Darusman dan dinyanyikan oleh Vina Panduwinata, menyingkirkan 1053 peserta dari 52 negara dan menang! Luar biasa.
Bagi saya ketika mendengar penjelasan bagaimana proses lagu itu dilahirkan. Penghargaan itu sebenarnya adalah hal yang wajar, lagu itu sebenarnya adalah manifestasi dari kesadaran atas keberadaan Sang Illahi. Iwan Abulrachman hanya kebetulan menuliskan inspirasi yang datang dari Sang Khalik. Dan kebetulan pada waktu itu Abah Iwan mampu menangkap message dari Sang Khalik dan menuliskannya. Kemampuan istimewa itulah yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Abah Iwan membuat selingan dengan menayangkan kegiatannya menjelajah alam. Naik gunung di Kilimanjaro gunung tertinggi di Afrika, menyanyi diatas puncak Cartens di Papua, ketika ikut misi Kopassus di Mapenduma, membebaskan bandara yang dikuasai oleh GPK, diatas Gunung Rinjani, naik ke puncak Semeru dsbnya.
Pada akhir acara, Abah Iwan mengajak penonton menyadari bahwa detik-detik berlalu dan takutlah jika anda mengisi hidup dengan sesuatu yang sia-sia. Takdir adalah amanah yang datang kepada kita, dan kita mesti menjalankannya dengan sepenuh hati, dengan dignity kebanggaan. Jangan hanya sekedar bekerja. Bekerjalah dengan penuh dignity.
Ditengah keseriusan dan makna yang peuh bernuansa spiritual, Abah Iwan masih sempat melucu. Menurut beliau seorang teman adalah orang yang tertawa, meskipun engkau melucu tidak terlalu lucu.
![1389945402578259186](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552f9bfc0423bd9b7f8b4569.jpeg?t=o&v=770)
Abah Iwan rasanya dikarunia talenta yang lengkap dari Allah Swt. Kita banyak belajar dan merenung setelah mendengar beliau menyanyi, becerita, melucu, mengajak kita memaknai sesuatu yang sederhana yang sebenarnya penuh makna.
Acara ditutup oleh Abah Iwan dengan mengajak semua penonton berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Secara retorika beliau mengatakan jangan banyak ngomong dan membuat slogan. Semua itu percuma saja, jika tidak benar-benar merasuk kedalam hati sanubari.
Salut kepada Pak Tommy. Ini benar-benar sebuah hadiah ulang tahun yang membangkitkan semangat dan bermakna sangat dalam. Semoga PT. Angkasa Pura Airport dan seluruh karyawannya bagaikan bintang dilangit, memberi inspirasi dan harapan bagi masyarakat pengguna jasa transportasi udara … Amin.