Jum'at Pon tanggal 3 Juli 2015, saya shalat Jum'at di Masjid Luar Batang. Ini yang kedua kalinya saya shalat di masjid keramat itu. Masjid Luar Batang adalah satu masjid tertua di Jakarta. Masjid ini berada di daerah Pasar Ikan, terletak di Jl. Luar Batang V No. 1 RT 004 RW 03 Kampung Luar Batang. Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Jalan masuknya cukup sempit. Jika dua mobil berpapasan, salah satu mesti berhenti lebih dulu. Walaupun begitu, di depan masjid ada pelataran yang cukup luas untuk menampung beberapa puluh mobil.
Saya memasuki masjid di sebelah kanan depan masjid langsung mengambil wudhu di sebelah kanan pintu masuk masjid. Memasuki serambi masjid ada 4 pintu besar dengan ujung melengkung tanpa daun pintu. Di sebelah kanan ada 3 jendela yang lebar. Di sebelah kirinya ada dua makam. Yang besar adalah makam Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Disebelahnya terletak makam muridnya Haji Abdul Kadir, katanya seorang Tionghoa yang kemudian masuk Isalam dan membantu Al Habib. Ada 2 pintu melengkung yang cukup besar untuk memasuki makam. Didalamnya sudah ada puluhan orang yang khusuk berdoa. Saya masuk dan berdoa sebentar membacakan Al Fatihah untuk beliau berdua. Semoga Allah Swt melimpahkan ridhaNYA. Amin YRA.
Sebentar kemudian saya memasuki ruangan masjid utama yang terletak lebih tinggi dari serambi masjid. Melihat tinggi lantai yang berbeda, makam iniyang berada di serambi ini, dulunya pasti terletak di luar masjid. Dengan pengembangan dan perluasan masjid, makam ini kemudian menjadi berada di dalam masjid.
Ada dua pintu masuk ke ruangan utama masjid. 12 tiang berwarna putih menyangga atap masjid. Di kanan-kirinya ada masing-masing 2 pintu besar dan 3 jendela. Ini membuat sirkulasi udara di dalam masjid lancar, sehingga terasa adem. Mihrabnya adalah sebuah mimbar terbuat dari kayu dengan 3 tangga kecil. Dinding dibelakang mihrab terbuat dari marmer berwarna kuning kecoklatan. Mendekat ke arah Mihrab saya shalat sunnah, lalu duduk sambil menunggu waktu Dzuhur tiba. Duduk sambil berdzikir, saya mencoba merenungkan bagaimana dahulu masjid ini dibangun dan dakwah Islam yang disampaikan oleh Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus ini.
SEJARAH
Saya mencoba mencari informasi dari beberapa sumber mengenai Masjid Luar Batang ini. Masjid berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Pada mulanya bangunan ini hanya berupa musholla bernama An-Nur yang digunakan Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus seorang ulama Yaman, untuk menyebarkan agama Islam dan sekaligus tempat pengajian.
Masjid dibangun oleh Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus tahun 29 April 1739, di atas tanah hadiah dari Gubernur Jenderal VOC atas jasanya terhadap kompeni. Mengalami beberapa kali pemugaran yang dilakukan oleh Yayasan Masjid Luar Batang, Swadaya masyarakat, dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Makam Sayid Husein yang berada di bagian luar atau halaman masjid dipindah ke dalam bangunan masjid, kemudian masjid baru terletak di sisi barat bangunan lama.
Sementara itu seorang ulama dari Banjar Muhammad Arshad al-Banjari, singgah dari perjalanan pulang dari Hejaz ke Banjar pada tahun 1827. Beliau menemukan bahwa arah qiblat masjid ini yang kurang tepat. Kemudian arah qiblat Masjid Luar Batang ini dikoreksi dan ditentukan lebih persis oleh beliau.
Pada sebuah batu di serambi Masjid Luar Batang, ditulis bahwa Al Habib Husein bin Abubakar Bin Abdillah al-Alaydrus yang telah wafat pada hari kamis 27 Puasa 1169 atau 24 Juni 1756. Batu ini dibuat antara tahun 1886 dan 1916. Sementara itu L.W.C. van Berg dalam buku yang termasyur tentang orang Hadhramaut, menyebut bahwa Habib Husein baru wafat 1798. Koran Bataviaasche Caurant pada tanggal 12 Mei 1827, juga memuat suatu karangan tentang Masjid Luar Batang. Tulisan itu menjelaskan, Habib Husein meninggal tahun 1796, setelah lama berkhotbah diantara Surabaya dan Batavia. Pada tahun 1812 makam Al Habib dikijing dengan batu dan waktu itu masih terletak di luar gedung masjid sampai tahun 1827.