Mohon tunggu...
Heru Mulyantoro
Heru Mulyantoro Mohon Tunggu... Penulis -

Life is choice to change for a better live

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

GAFATAR vs MUI : Siapa yang Benar?

11 Februari 2016   00:18 Diperbarui: 11 Februari 2016   00:29 7770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori korespondensi adalah suatu teori yang menyimpulkan bahwa sesuatu pernyataan dianggap benar apabila berkorespondensi (berhubungan) dengan kenyataan atau fakta. Teori koherensi  adalah suatu teori yang menyimpulkan suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut bersifat kehoren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Sementara teori pragmatis menyatakan bahwa sesuatu itu benar manakala mempunyai fungsional dan kebermanfaatan dan nilai kegunaan.

Jika memperhatikan teori kebenaran tersebut, maka paham atau ajaran eks Gerakan Fajar Nusantara maupun ideologi MUI dapat diuji dan diverifikasi melalui teori tersebut. Apakah ajaran GAFATAR dan MUI ini berkorespondensi dengan kenyataan? Apakah paham mereka berkoherensi dengan teori sebelumnya? Apakah MUI dan GAFATAR ini mempunyai nilai pragmatis atau kegunaan manfaat universal bagi kehidupan? Ukuran-ukuran ilmiah inilah yang harus dibuktikan oleh keduanya sehingga bisa dikatakan sebagai sesuatu yang “benar” dan tidak “sesat”.

Penulis mencermati bahwa apa yang dilakukan oleh eks GAFATAR ini hanya menggenapi dari teori-teori yang ada dalam kitab suci. Segala perilaku eks GAFATAR ini berkorespondensi atau terbukti dalam alam kenyaatan dan faktual. Mereka melakukan pertanian sebagai upaya korespondensi atau menggenapi dari teori atau perintah dan pernyataan yang ada dalam kitab suci. Mereka ini hanya menjadi figur penggenap dari teori-teori yang ada di dalam informasi kitab suci. Hal ini berbeda dengan MUI yang mengedepankan penafsiran teori-teori firman secara deduktif tanpa menguji kebenarannya dalam dunia empiris atau fakta di lapangan.

Selain itu, paham yang dipegang teguh oleh GAFATAR yaitu Millah Abraham juga cukup berkoherensi (terkait dan konsisten) dengan teori-teori sebelumnya. Millah Abraham adalah jalan hidup yang diikuti oleh para Nabi dan Rasul Allah sepanjang zaman. Jalan Kebenaran ilmiah Millah Abraham ini dapat dilihat dari keterkaitan dan kesinambungan beberapa firman Tuhan Yang Maha Esa dalam kitab suci Al Quran seperti Qs: Al Anam [6]: 161, Qs: An Nahl [16]: 123, Qs: Al Baqarah [2]: 130, dan Qs: An Nisaa [4]: 125. Gaya hidup Abraham telah menjadi suri tauladan bagi rasul-rasul setelahnya sebagaimana pernyataan firman Qs: Al Mumtahanah [60]: 4.

Secara teori kebenaran pragmatis, para mantan GAFATAR ini menunjukkan “buah” kebermanfaatan universal yang diberikan kepada masyarakat. Mereka melakukan aksi sosial gotong royong, donor darah, pendidikan pelatihan, serta hasil pertanian yang secara langsung dan pragmatis digunakan oleh khalayak manusia. Buah yang baik selalu dihasilkan dari batang dan akar yang baik. Aksiologi perilaku yang baik selalu merepresentasikan ontologi atau keyakinan yang benar. Sementara itu, keberadaan MUI juga mungkin memberikan hasil dan dampak bagi orang-orang yang menyakininya.

 

Kebenaran Selalu Menang

Dengan demikian, melalui uji teori kebenaran ini sebenarnya sudah mulai terlihat siapa yang benar dan siapa yang sesat. Namun begitu, hari ini tidak bisa disimpulkan siapa dari keduannya yang benar-benar dalam jalan kebenaran atau tersesat. Semua membutuhkan ujian-ujian dan teratmen untuk mengetahui mana sesungguhnya yang berjalan pada jalan hidup yang benar atau lurus. Kebenaran membutuhkan eksistensi ruang, masa dan waktu untuk membuktikannya. Biarlah perjalanan hidup ini akan menjadi saksi siapa yang menjadi padi atau ilalang, mana emas mana loyang, mana air dan mana buih, mana yang benar dan mana yang salah.

Kebenaran selalu menang pada waktunya. Ketika kebenaran datang maka kesesatan akan menghilang. Kebenaran murni akan selalu melalui fase atau tahapan dibenci, dihujat, dihina, dilarang, tetapi pada akhirnya akan diterima tanpa alasan secara luas. Jika eks GAFATAR yang membawa nilai-nilai kebenaran sejati pada hari ini sedang mengalami fase hujatan, hinaan, pengusiran, maka tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti akan diterima secara luas tanpa alasan apapun. Toh, jika belajar dari perjuangan Rasulullah Muhammad dahulu juga pernah dicaci maki, dihujat, dibenci, diusir sehingga hijrah atau ekosdus ke Madinah, tetapi pada akhirnya bangsa Mekah menerima bahkan dunia mengakui sebagai pembawa kebenaran sejati dari Tuhan.  

Apapun itu, sebenarnya perihal kepercayaan dan keyakinan adalah hak asasi yang paling fundamental. Manusia dan lembaga tidak boleh mengintervensi keyakinan seseorang bahkan menghakiminya. Konstitusi Negara ini juga sudah menjamin dan melindungi kebebasan menurut agama dan keyakinanya masing-masing. Bahkan Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak pernah memaksakan sistem hidupnya kepada manusia untuk mematuhi atau tidaknya. Namun demikian, setiap pilihan memiliki konsekuensi. Hari ini yang paling penting adalah memberikan kebebasan berkeyakinan dan berkarya untuk membuktikan siapa yang paling bermanfaat dan bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan Yang Maha Esa dalam berbuat kasih dan sayang kepada makhluk hidup lainnya, menjadi manusia berkat bagi semesta alam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun