Fot
o ini penulis ambil dari ketinggian 37.000 feet pada saat melakukan penerbangan ke Jambi. Gambar ini merupakan salah satu “sayap besi terbang” dengan teknologi Airbus A320 dari salah satu maskapai penerbangan di Indonesia. Airbus A320 adalah jenis pesawat penumpang komersial jarak dekat sampai menengah yang diproduksi oleh Airbus. Ada banyak hal esensial yang dapat kita “saksikan” dari balik gambar ini.
Sayap ini adalah bagian dari keseluruhan pesawat terbang yang mampu menembus langit tinggi. Sayap merupakan kesatuan dari segenap sistem dan sub sistem sebuah pesawat. Pesawat merupakan jenis transportasi yang pertama kali diperkenalkan Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dari inspirasi seekor burung makhluk Tuhan YME. Sayap menjadi unsur paling penting dari burung untuk bisa melayang di atas media langit tak bertepi.
Pesawat terbang ini mampu mengangkat beban ribuan ton dan memindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kendaraan ini mempunyai energi super besar untuk menerbangkan dirinya sendiri. Dengan kecepatan yang tinggi dan gerakan sayap ini maka kendaraan dapat terbang dengan mengalahkan gaya gesek dan tekanan gravitasi bumi. Sayap ini menjadi pengendali dan penyeimbang gerakan pesawat dalam mengarungi lapisan langit bumi ini.
Dengan menunggang sayap ini pula penulisdapat berpindah tempat dari Jakarta sampai di bandara Sultan Thaha. Waktu yang diperlukan hanya 1 jam 15 menit untuk menempuh jarak Jakarta-Jambi sepanjang 360 km dengan melintasi selat Malaka ini. Kendaraan bersayap ini mampu menembus kecepatan di lintasan udara dengan rata-rata 288 km/jam. Waktu tempuh ini lebih pendek dari pada penulis menuju ke Soekarno Hata dari Tangerang yang harus ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit karena padatnya lalu lintas di ibu kota ini. Kita bisa bayangkan juga berapa lama jarak Jakarta-Jambi jika ditempuh dengan kendaraan “tidak bersayap”. Jika ditempuh dengan kendaraan roda yang menempel di tanah, maka perjalanan bisa ditempuh dalam waktu lebih dari 48 jam. Itulah kehebatan dan keunggulan “sayap” dengan yang tidak bersayap.
Fenomena fisika itu hanya sebatas gambaran secara konkrit. Kita bisa belajar dengan kehebatan dari sebuah “sayap” tersebut. Sayap pesewat secara fisik ini mampu menembus awan dan berjalan di atas langit yang tinggi. Dari segi non-fisik, maka sayap juga mempunyai makna sesuatu yang dapat mengangkat nilai seseorang untuk berada di atas “langit”. Apakah sayap itu? Sayap adalah ilmu. Eksistensi ilmu dapat meningkatkan derajat manusia pada suatu tatanan struktur tertinggi dari kehidupan ini. Dengan sayap “ilmu” itulah manusia dapat mengalahkan “hawa nafsu” yang selalu mengajak manusia menuju tempat yang rendah karena tarikan gravitasi bumi.
Itulah sayap pesawat terbang yang sudah didesign dan dikontruksi dengan hitungan fisika, kimia maupun aerodimika tertentu. Sudah barang tentu, sayap “keilmuan” juga harus dibangun dan dikonstruksi dengan nilai-nilai universal ilmiah dari alam semesta. Bangunan keilmuan inilah yang akan mengungkit peradaban manusia dari tempat yang rendah menuju kepada peradaban langit yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H