Mohon tunggu...
Heru Cahyono
Heru Cahyono Mohon Tunggu... -

Alumni Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten 2011,\r\nMahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Owner CAKRAFOTO executive photography Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tak Mau Buka Mulut (PR III)

15 Desember 2011   11:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"La Surat Tugasnya mana? saya tidak bisa ngomong kalo g ada surat tugasnya... Masnya dari Fakultas apa, Dosen anda siapa?" Kurang lebih saya menunggu satu jam tiga puluh menit, untuk mendapatkan giliran bertemu dengan Bpk Rifa'i - Pembantu Rektor III. Tujuab saya menemui beliau, untuk meminta tanggapannya tentang penelitian saya "Tugas PPDP" yaitu tentang maraknya mahasiswa dan mahasiswi yang melanggar kode etik mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam. Setelah saya mendapatkan giliran berhadapan dengan beliau, langsung saja saya dipersilahkan untuk masuk ruangannya. Kami duduk berhadapan di kursi sofa diantara meja kaca tebal yang ada didepanku. Sebelum saya bicara, Bpk. Rifa'i sudah tanya duluan kepada saya. "Ada perlu apa mas?" Langsung saja saya jawab ... "ea pak, tujuan saya kesini untuk meminta tanggapan bapak tentang mahasiswa yang saat-saat ini tengah melanggar kode etik seorang mahasiswa.." "Maksud u...maaf saya masih belum ngerti..." "Begini pak, ini adalah tugas dari mata kuliah PPDP (Prinsip-Prinsip Design Pesan)... nah dalam tugas pembuat indept news ini, kebetulan saya lagi pengen mengkritisi masalah mahasiswa yang melanggar kode etik mahasiswa. Untuk kaum perempuan yang memakai baju ketat, kerudung yang sudah tidak lagi menutupi dada, malah dengan PD-nya mahasiswi karena mengikuti trend terbaru, kerudungnya membuka dada. Masih juga banyak ketika ke kampus mengikuti kuliah memakai kaos ketat, sehingga kelihatan menonjol dan lekuk bentuk tubuhnya. Laki-laki masih banyak yang memakai sandal jepit, saat kuliah, Rambut Gondrong, pake anting, celana sobek, dan pake kaos oblong. Dengan adanya pelanggaran tentang kode etik mahasiswa yang dilakukan kalangan mahasiswa ini bagaimana bapak menanggapinya selaku PR III?" Bapak Rifa'i lantas menanggapi penjelasan dan alasan saya di atas. "Saya tidak berani menjawab soal itu, dan tidak mau menanggapinya." "La kenapa bapak tidak mau menanggapinya? PD III dan dosen-dosen aja mau kok pak menanggapinya soal ini?" Tanya saya. "Sebenarnya mau buat apa sich, kok u berani-beraninya sampai ke atas? Terlalu tinggi u untuk mencari data dan meminta tanggapan?" Dalam pikiranku kenapa? kok bisa? kok terlalu tinggi? apakah saya terlalu berani, dalam mencari data tentang masalah pelanggaran kode etik? tapi benerkan ini tanggung jawab PR III? "Lalu gimana pak?" "Ya saya tidak bisa kasih jawabannya mas... karena ketika saya menjawab itu sangat bahaya dan sensitif soal itu." "eggmmmm ....." "La masnya kesini juga g bawa surat tugaskan? coba mana surat tugasnya dari dosen mas ada g?" "Loh kenapa harus pake surat tugas pak, kan masih di dalam instansi sendiri?" "Eaa walau di dalam instansi sendiri juga harus pake surat tugasnya...." dalam benaku... ini hanya alasan beliau aja yang g bisa nanggepin soal pelanggaran kode etik yang dilanggar oleh mahasiswa atau ada alasan yang lain? ya saya tidak tahu, saya hanya mangguk-mangguk aja ketika beliau menjawab seperti itu. "eaa kalo masnya pengen tanya masalah itu, seharusnya sebelumnya masnya kirim surat dan keperluan mas itu..." walah ribet amat sich...cuma mau minta tanggapannya aja, masih harus ini itu... lalu saya berpikir ketika beliau menjawab itu. Bahwa ketika saya memberikan surat terlebih dahulu, berarti beliau biar bisa mempersiapkan jawaban untuk masalah itu. Kenapa secara langsung/dadakan seperti ini beliau tak bisa menjawab? Ya aku g tau...faktanya banyak sekali alasan-alasan beliau yang disampaikan saya. Intinya dia tidak mau buka mulut alias menanggapi permasalahan yang ada di Kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun