Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman saya betapa pentingnya peran kedua orangtua dalam pembentukan konsep diri seorang anak melalui perspektif ilmu komunikasi yakni dalam konteks komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal ialah komunikasi antara 2 orang atau lebih yang memiliki relasi yang mantap dan jelas dan terjadi proses saling mempengaruhi (DeVito, 1997).Â
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara suami-istri ataupun orangtua-anak merupakan contoh dari komunikasi antar pribadi.Â
Berikut adalah sepenggal kisah yang mungkin dapat menjadi bahan renungan kita bersama agar memperhatikan pola komunikasi antara orang tua kepada anak.Â
Saya adalah seorang kepala keluarga di dalam sebuah keluarga kecil. Saya menikah tahun 2014 silam dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang telah berusia 7 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SD.Â
Pada periode awal masuk sekolah dasar, saya dan istri sempat mengalami kegamangan bagaimana cara mendidik anak kami. Pengalaman masa lalu sebagai seorang taruna Akademi Penerbangan secara tidak sadar membentuk karakter saya menjadi sosok yang menjunjung tinggi kepatuhan dan disiplin.Â
Saya berasumsi bahwa ketidakpatuhan anak akan berujung kepada kenakalan. Oleh karena itu saya kerap bersikap tegas kepada anak saya yang kala itu berusia 6 tahun.Â
Beberapa kali saya memarahinya apabila tidak mematuhi perintah orangtua. Saya terkadang mengucapkan kata-kata yang kurang baik bagi anak seperti  pemalas, penakut, bodoh, dan lain-lain.Â
Alih-alih membuat anak sadar bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, yang terjadi malah sebaliknya. Anak saya kerap menunjukkan "perlawanan" berupa pengulangan kesalahan.Â
Akibatnya, saya dan istri tak jarang berdebat mengenai pola didik dan cara berkomunikasi yang baik dengan anak. Singkat cerita konflik pun tidak dapat dihindari, saya dan istri  saling berargumen sesuai dengan perspektif masing-masing. Kami mencari pembenaran di satu sisi akan tetapi di sisi yang lain mulai saling menyalahkan.
 Saya menganggap istri saya terlalu "lembek" dan selalu mengedepankan perasaan dibandingkan logika. Suatu perbedaan yang pada umumnya menjadi pembeda antara gender pria dan wanita. Â