Mohon tunggu...
Heru Kesuma
Heru Kesuma Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Seorang penggemar berat Harutya. Menulis untuk hidup, selain mengisi waktu. Karena ia hanya seorang pengangguran yang hampir dua puluhan. Setiap apa yang ditulisnya membuatnya merasa dirinya punya alasan atas eksistensinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] TPA

21 Juli 2023   17:18 Diperbarui: 21 Juli 2023   17:20 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa bulan, matanya masih juga terpejam. Ibu jari tangannya di dekat mulut. Di sebelahnya, baik kanan atau pun kiri, ada daging-daging. Setelah sebulan selanjutnya, dia agak membesar. Sebulannya lagi, dia benar-benar kelihatan seperti manusia. Dan sebulannya lagi, kepalanya di bawah dan kakinya di atas.

Sampai ke suatu hari, kepalanya sudah tampak akan keluar. Sudah di ujung. Dan ada wanita yang mengerang, sampai selangkangan terkoyak. Lalu kepalanya yang hanya tampak ujung tadi kian mencuat, mengikuti erangan wanita. Habis memakan beberapa jam barulah seluruh tubuhnya benar-benar keluar dari selangkangan wanita. Begitu kecil, meski sudah berbulan bertambah besar di dalam perut.

Maka dia digendong wanita lain. Bukan wanita yang mengerang tadi, melainkan wanita yang memegangi kepalanya saat akan keluar dari selangkangan. Dan bertanyalah wanita itu pada seorang pria yang hanya menonton, "Hendak diapakan ini?"

Pria tadi diam sejenak. Menggigiti ibu jarinya dan celingak-celinguk dengan keringat mengucur. Sambil menarik-narik rambut ke belakang maka berkata prianya, "Antar saja ke sana. Bentuk wajahnya aneh, sudah pasti cacat!"

Maka dibawa pula dia, yang baru hadir ke dunia, keluar dari ruangan. Setelah habis menangis. Melewati lorong gelap dan sampai ke ruang yang lain. Dibuka pintu ruangan yang dari kayu diplester itu. Di ujungnya ada sebuah kasur, yang dari kapuk, dengan ranjang besi putih yang cokelat kehitaman di beberapa sisi. Sudah berkarat!

Dibawa dia, ditidurkan di atas kasur. Dengan tubuh telanjang, yang pucat tapi agak merah. Yang matanya menatap langit-langit atau mungkin tidak juga, karena sebenarnya semua tampak kabur. Yang wajahnya tidak karuan. Dengan jari-jari tangan dan kaki yang berselaput. Sedangkan wanita penggendong tadi meninggalkan dirinya. Agak lama lalu kembali dengan kain.

Kain batik, dengan warna hijau. Kain yang panjang. Yang biasanya dipakai untuk menggendong bayi, atau keranjang berisi jamu, atau menutupi tubuh ibu hamil yang dimandikan di tengah-tengah acara. Dibentangkan kain tadi di sebelahnya, yang terlipat dua. Lalu diangkat dia dan diletakkan di atas kain. Sisa kain di kirinya menutupi sisa kain di kanannya yang ada di atas perutnya. Lalu diikat bagian kakinya dan ditutup kepalanya. Seperti berkerudung. Terbungkus sudah seluruh tubuhnya yang belum dimandikan.

"Bibi, sudah selesai? Kita haruslah cepat sebelum terbit pula matahari," ucap seorang pria, yang tadi menonton.

Wanita tadi kembali menggendongnya. Dan membawanya ke dekat si pria. Ternyata si pria tidak datang sendirian, tapi dengan membopong wanita yang mengerang yang menangis-nangis sendu. Dilihat dia oleh wanita yang mengerang. Disentuh pipinya dan diciumi. Setelah itu wanita yang mengerang tertidur di kasur. Lukanya belum ditutup, belum ada diapa-apakan. Dan dibiarkan saja begitu atas kehendak sendiri.

Sedangkan dia, yang baru hadir ke dunia, ikut masuk ke mobil bak terbuka. Duduk di depan bersama wanita penggendong. Di sampingnya, si pria menyetir mobil. Berangkatlah mereka saat gelap-gelap hari, meninggalkan wanita yang mengerang, yang juga adik kandung si pria. Jauh mereka berkendara. Sejam sampai dua jam. Berbelok ke kanan dan ke kiri. Hingga sampai di tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun