Di balik pesona kekayaan sejarah dan ketenangan yang menempel pada negara-negara Skandinavia, tersembunyi pula kisah gelap dan mengejutkan.Â
Wilayah ini dikenal sebagai simbol harmoni dan kemakmuran, ternyata menjadi panggung bagi kebiasaan membakar kitab suci yang kontroversial.
Pandangan awal tentang Skandinavia mungkin terpatri dalam gambaran sejarahnya sebagai tempat dominasi agama Kristen pada Abad Pertengahan.
Namun, ketika angin Reformasi Protestan menghembus di abad ke-16, perubahan mendasar mengguncang masyarakat. Sementara banyak orang Skandinavia beralih ke agama Protestan, sebagian lainnya tetap setia pada ajaran Katolik.
Konflik tak terhindarkan. Perang agama yang pahit merebak di Skandinavia pada abad ke-17, dengan kelompok Protestan dan Katolik saling berhadapan.Â
Meskipun Protestan akhirnya muncul sebagai pemenang dan memperkuat dominasinya di wilayah ini, namun benih-benih kebencian terhadap Katolik tetap bertahan di kalangan Protestan. Inilah salah satu pemicu kebiasaan membakar kitab suci.
Tak hanya menjadi bagian dari masa lalu yang dilupakan. Kebiasaan ini ternyata bertahan hingga zaman modern. Pada tahun 2019, ketegangan muncul ketika sebuah gereja di Norwegia menggegerkan dunia dengan membakar kitab suci Alkitab dan Quran sebagai bentuk protes terhadap Islam.Â
Tindakan provokatif ini tentu saja menuai kecaman tajam dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Norwegia sendiri.
Tak hanya berasal dari orang-orang yang membenci agama tertentu. Ada juga mereka yang membakar kitab suci sebagai bentuk protes terhadap agama secara keseluruhan.Â
Argumentasi mereka adalah bahwa agama menjadi biang masalah dan kekisruhan di dunia, membakar kitab suci menjadi simbol kebencian mereka terhadap segala bentuk agama.