Teka -teki kemana arah dukungan PDIP paska Putusan Mahkamah  Konstitusi  (MK) dalam sengketa hasil pemilihan presiden semakin  terang benderang. Saat ini pihak PDIP belum mengakui atas kemenangan pihak Paslon 02. Tindakan hukum tersebut dilakukan termasuk sedang melakukan gugatan atas keputusan  MK yang menganulir semua permintaan PDIP .
Di jagat politik sebelah sedang giat dan bekerja keras untuk terus mengajak mitra kerja sama Politik menyeluruh. Politik untuk semua pihak partai yang kalah dalam pilpres kemarin. Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Rosan Perkasa Roeslani enggan menjawab soal kemungkinan para mantan presiden, termasuk Ketua Umum PDI-P sekaligus Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dilibatkan dalam penyusunan kabinet Prabowo-Gibran.  Sinyal baik untuk rekonsiliasi politik secara menyeluruh.
Masih banyak keraguan dan juga blunder politik yang terlalu banyak terjadi. Hanya Prabowo Subianto lah yang saat ini mengetahui tingkat emosi psikologis dan juga hubungan politik ke Megawati Soekarnoputri berlangsung sejauh mana.
Berbagai upaya rekonsiliasi politik trus diupayakan oleh Paslon 02. Terobosan untuk menembus tembok tebal politik sebagai hambatan komunikasi politik antara Prabowo dan Megawati Soekarnoputri terus dilakukan.  Terdapat Tembok Besar relasi politik Jokowi dan Megawati. Dituduhkan berbagai pihak jika  Tembok Besar tersebut disinyalir justru dituduhkan Jokowi Mantan Walikota Solo dua periode ini menjadi kambing hitam retaknya memanasnya hubungan elite ke elite politik ( lintas partai ) atau hubungan personal to person ( personal ).
Produk politik Jokowi yang menjadikan tembok besar bagi hubungan dengan PDIP adalah diangkatnya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Palson 02 yang dianggap sebagai kudeta konstitusi, menabrak aturan konstitusi dan UU yang berlaku. Jokowi telah mengintervensi Mahkamah Konstitusi ( MK) hingga akhirnya MK dapat meloloskan polemik batas usia cawapres.
Stigma yang muncul adalah jika Jokowi digambarkan sebagai pihak anti demokrasi dan sengaja merobohkan konstitusi dan nilai demokrasi hanya untuk kepentingan politik sendiri. MK meloloskan batas usia minimal dari cawapres dan Gibran Rakabuming Raka akhirnya terpilih sebagai cawapres Prabowo Subianto melalui surat rekomendasi sebagai cawapres justru berasal dari Golkar.
Kemungkinan besar Prabowo Subianto mau dan bekerjasama untuk mendukung pemerintah Prabowo -Gibran dengan sejumlah incentif dan penawaran politik uang mengiurkan. Berbagi kerja keras untuk menggali dan mengeksplorasi potensi diadakannya rekonsiliasi.
Gagal melakukan lobi politik head to head ke PDIP, elite Palson 02 mencoba melakukan lobi politik melalui lembaga non partai. Disebutkannya lembagai tersebut sebagai presidential clubs. Melayani jalur non partai ini diharapkan komunikasi politik melalui jalur mantan presiden bisa dikondisikan. Tentunya Prabowo Subianto membidik agar dalam ruangan presidensial clubs menjadi wadah bagi  mantan presiden untuk berbicara berbangsa dan bernegara melalui mitra strategisnya yakni pemerintah baru Prabowo -Gibran.
Melakui Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Prabowo terbuka terhadap masukan dari banyak pihak dalam proses penyusunan kabinet pemerintahannya ke depan. Prabowo disebut bakal mendengar masukan dari para presiden RI, seperti Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tak terkecuali Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Lantas bagaimana nasib dan peluang membangun rekonsiliasi PDIP dan Prabowo Subianto paska Deklarasi Ganjar Pranowo Sebagai Oposisi ? Bagiamana juga perkembangan wacana pembentukan Presidential Clubs dengan melihat sinyal PDIP akan sejalan sikap dengan Ganjar Pranowo sebagai oposisi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI