Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP dan Demokrat Berkelahi karena Sistem Pemilu?

31 Desember 2022   10:22 Diperbarui: 31 Desember 2022   10:31 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada kecakapan organisasi dan minimnya pengetahuan dan pengaman politik yang harusnya mereka dapatkan melalui pendidikan di struktur partai atau organisasi berbasis sosial politik.

Akibat terjadinya liberalisasi dan pragmatisme para caleg yang bersaing memperebutkan suara sehingga mereka secara brutal mengalahkan kader partai tulen yang sudah lama berkarier dan menjadi kader partai ideologis.

 Hanya Caleg yang banyak amunisi finansial akan memenangkan pencalegan dan bahkan meninggalkan dari pengaruh dan legitimasi partai sendiri.

Krisis Legitimasi

Konsekuensi logis jika Caleg tersebut setelah menjadi anggota dewan baru  akan lebih banyak diwarnai identitas diri dan lebih mengamankan kepentingan pribadinya dari pada sekedar bekerja sama dengan partai dan berbagi kue.

 Caleg tersebut secara langsung melemahkan kelembagaan partai itu sendiri. Dampak politis legitimasi kelembagaan dan elite partai tidak terakui dan terlegitimasi secara utuh.

Partai akan sepenuhnya dalam kondisi bahaya dan kesulitan dalam berinteraksi dan proses pengendalian anggota dewan jadi tersebut. Bahayanya jika anggota legislatif yang ada lebih banyak terlahir dari pencalegan pragmatisme dari golongan loyalis ideologis.

Para anggota dewan baru baik individu atau kolektif( faksi) secara brutal mengedepankan egoisme dan sulit beradaptasi dengan aturan partai, cenderung meninggalkan platform partai.

 Parai pun sudah tidak sanggup mengendalikan kendati mempunya senjata pamungkas PAW ( pengganti antar waktu) karena kuatnya infrastruktur keuangannya dan bahkan berani melakukan pembangkangan dan kudeta organisasi.

Anggota dewan baru tersebut mempunya potensi kuat mengganti struktur partai dengan cara mengatur dan mengondisikan penggantian kepengurusan yang dianggap menghambat atau mengekang eksistensinya di habitat baru wilayah kepartaian.

Sadisnya jika mekanisme UU kepartaian belum menjamin tata kelola persaingan diinternal partai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun