Informasi di bawah ini adalah contoh nilai yang diterima siswa dari American College Testing (ACT) setelah selesai mengikuti ujian masuk perguruan tinggi (UMPT) di USA. ACT adalah lembaga penilaian pendidikan yang memang didirikan khusus untuk membuat alat ukur/tes yang berkulitas. Silakan bandingkan laporan hasil tes ini dgn laporan hasil UN atau UMPT di Indonesia. Hasil tes tersebut bukan hanya angka, tapi angka-angka yang memiliki makna. Skor 19 di Math, misal, apa maknanya?
Sebagai informasi, skala skor ACT adalah 1 sd 36, kecuali di writing dari 1 sd 12. Tes terdiri dari lima matpel yang diuji, yaitu Math, Science, English, Reading, and Writing. Math + Science menjadi STEM (Science, Technology, Engineering, and Math ), sedangkan English + Reading + Writing menjadi ELA (English Language Art). Composite adalah gabungan skor dari lima matpel.
Pada masing-masing matpel, garis ungu menunjukkan College Readiness Benchmarks, dan garis biru/jingga merupakan skor dengan kotak yang menunjukkan measurement error (kesalahan pengukuran). Di Math, karena garis ungu di atas kotak jingga, artinya Ann (nama siswa ini) belum siap megikuti matpel Math tingkatan PT. Di setiap Matpel diuraikan konten apa saja yang dinilai beserta pencapaiannya. Dari tiga konten di Math, Ann belum siap di materi Integrating Essential Skills dan Modeling. Juga, ada informasi ranking (percentile rank) siswa di tingkat nasional dan daerah (state).
Secara umum, dapat disimpukan bahwa Ann diharapkan untuk mengambil jurusan non-STEM (seperti Law, Public Relation, or Political Science), karena dia lebih menonjol di matpel-matpel ELA. Untuk diketahui, tidak ada jurusan SMA di USA. Jadi, apa pun jurusan yang akan diambil nanti, semua siswa harus diuji di lima matpel ini. Apakah materi Social Science (IPS) diabaikan? Tidak. Materi IPS ada di Reading. Materi Reading di ACT, beda dengan model ujian kemampuan membaca di malpel Bahasa Indonesia di UN atau UMPT. Reading mengukur kemampuan Reading Literacy siswa dari berbagai macam ragam bacaan yang ditampilkan yang bisa meliputi materi tentang ekonomi, sosial, sastra, politik, budaya, atau materi lainnya yang relevan.
Berbeda dengan ujian masuk PT di Indonesia yang dilaksanakan oleh masing-masing atau gabungan PT, di USA lewat lembaga indipenden (ACT atau College Board) yang dilaksanakan setiap 2 bulan (6 kali tes dalam satu tahun). Siswa tidak perlu punya ijazah SMA dulu untuk ikut tes, bahkan boleh ikut pada saat mereka masih di kelas 11 (SMA kelas 2). Jurusan bisa ditentukan belakangan setelah ada skornya. Ibarat melamar kerja, setelah semua persyaratan lengkap (seperti ijazah SMA dan skor ACT yang memenuhi syarat), persyaratan tersebut diajukan ke PT dan jurusan yang diinginkan. Selain itu, pada umumnya PT di USA penerimaan siswa baru diadakan 3 kali dalam waktu satu tahun alias setiap semester.
Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya bahwa mereka beruntung bisa sekolah di sini. Mereka tidak harus ikut ujian model tes di Indonesia (baik UN atapun UMPT) yang menghantui anak-anak karena dibuat hanya untuk menentukan naik/lulus atau tidak dan hanya dilaksanakan satu kali satu tahun. Selain itu, model soal-soal UN/UMPT lebih mudah dipelajari lewat latihan-latihan soal berulang kali di bimbingan belajar (terbukti bimbel jauh lebih banyak ada di Indonesia). Dengan kata lain, soal-soal tersebut tidak mengukur kompentesi apa yang seharusnya dimiliki siswa untuk masa depan mereka.
June 18, 2017
Iowa City, Iowa
Heru Widiatmo, Ph.D.
Senior Psychometrician
Research Analytics Infrastructure
500 ACT Drive
Iowa City, Iowa, 52243-0168
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI