Miris hati ini rasanya melihat generasi muda Indonesia sekarang. Lihatlah di usianya yang masih sangat belia, mereka sudah bertindak di luar kepantasan usia mereka. Yang SD sudah belajar pacaran, yang SMP berseragam merokok di pinggir jalan, sedangkan kakaknya yang SMA hobi tawuran. Mau dibawa kemana bangsa ini kalau generasi mudanya seperti ini??
Untuk mengatasi masalah ini tidak akan semudah seperti mengurai benang kusut, atau bahkan masih lebih mudah untuk mencari jarum di tumpukan jerami. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi degradasi moral generasi muda kita ini.
Generasi muda kita seperti kekurangan tokoh muda panutan bagi mereka. Padahal kalau kita mau kembali ke masa sebelum kemerdekaan, justru para pemuda lah yang memegang peranan penting dalam lahirnya bangsa ini. Para pemuda inilah yang mempelopori bangkitnya pergerakan nasional. Sebagai bukti, organisasi-organisasi yang dapat dikatakan pelopor pergerakan nasional semuanya didirikan oleh pemuda.
Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islan (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 ketika ia baru berusia 27 tahun. Beliau lahir pada tahun 1878. Sutomo baru berusia 20 tahun (lahir 30 Juli 1888)ketika mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara baru berusia 20 tahun ketika mendirikan Indische Partij pada tahun 1912 bersama-sama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Tokoh-tokoh lain pun mulai aktif dalam pergerakan nasional pada usia yang masih muda. Muhammad Hatta mulai memimpin Perhimpunan Indonesia ketika usianya baru mencapai 21 tahun. Ketika menghadiri sidang Liga Anti Kolonialisme di Paris, usianya baru 23 tahun. Agus Salim dan Cokroaminoto mulai aktif memimpin Sarekat Islam pada umur 22 tahun. Bahkan Soekarno, presiden pertama kita, tampil sebagai tokoh pergerakan nasional pada umur 22 tahun dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) pada usia 26 tahun.
Media kita sekarang juga hanya mementingkan laku atau tidaknya berita itu dijual, tanpa mempedulikan faedah dari tampilnya berita tersebut. Setiap hari kita disuguhi berita kasus persilisihan KPK dan POLRI, kisruh penetapan APBD Jakarta, Intervensi asing atas hukuman mati terpidana mati asal Australia. Rasanya jengah sekali mendengar berita negatif di atas diblow up sedemikian rupa dengan bumbu tendensius. Lalu dimana berita berita positif yang menginspirasi? Separahkah bangsa ini sampai sampai sudah tidak ada lagi sesuatu hal yang bisa dibanggakan?
Kalau dahulu Bung Karno pernah mengatakan, "Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia." Mungkin Bung Karno kalau masih sugeng sekarang, beliau akan mengatakan, "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan jadi Boyband adanya."
Ahh., entahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H