Bermula dari Jogja.Â
Tulisannya yang mengandung unsur Jogja, lalu aku mulai menghafalnya.Â
Dari alis, mata, hidung, bibir, dan tarikan senyumnya, aku mencoba menghafal
Mengapa begitu? Memang harus begitu, sebab sajaknya saja yang membuat mata ini hujan lagi.
Kenapa harus Jogja? Tidak ada kah kota lain? Jogja itu indah, sangat indah, tapi tidak bagiku.
Lalu dia berkata, sebab sajak yang baik itu mendamaikan.Â
Bukan menyakitkan.Â
Jikalau menulis belum menjadi penyembuh, cobalah bertanya pada dirimu, sudahkah kau menulis dari hati?
Atau hanya perkara hati yang kau tulis?
Sehingga sedih tak sanggup bermuara padanya?
Begitu kata seorang Tari, Sang Penyair yang sedang digandrungi