Salah satu andalan produksi hasil pertanian di wilayah Dusun Lingsuh, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung adalah budidaya jamur merang dan jamur tiram. Sebagian penduduk di desa Lingsuh tersebut membudidayakan jamur merang dan jamur tiram karena komoditi tersebut membutuhkan media tanam dan pemeliharaannya relatif mudah dan murah.
Dalam budidaya jamur tersebut, pembudidaya jamur telah memiliki kemampuan yang kuat. Pada umumnya mereka membudidayakan jamur atas kemauan sendiri. Demikian pula faktor pendukung seperti kelembagaan di tingkat petani yang diwujudkan dalam kelompok industri kecil juga dirasa cukup mandiri. Dalam satu dusun terdapat dua kelompok industri kecil, yaitu kelompok Sejahtera Mandiri yang diketuai oleh Ahmad Isbandi dan kelompok Simbaringin Mushroom yang diketuai oleh Ansabta Adiguna.
Sistem pemasaran jamur ini masih dalam lingkup desa dan sebagian kecil sampai kecamatan, hal ini menunjukkan akses pemasaran keluar dari desa masih kecil. Pada umumnya pelanggan adalah pengusaha agribisnis olahan hasil untuk kuliner jamur, dan pedagang pengumpul untuk dijual di pasar tradisional. Oleh karena cukup menguntungkan, maka industri kecil budidaya jamur ini menjadi tumpuan usaha bagi kelompok pembudidaya jamur.
Meskipun secara ekonomi menguntungkan, namun pengembangan komoditi jamur ini menghadapi kendala yang cukup serius terutama dalam penanganan pascapanen sehingga sulit untuk dipasokkan ke pengusaha supermarket yang banyak terdapat di Kota Bandar Lampung. Salah satu kendala adalah cepat membusuknya komoditas jamur tersebut karena umur simpan jamur yang berlangsung singkat dan belum adanya kesesuaian standar mutu yang dikehendaki pengusaha dan mutu yang dilakukan oleh para pembudidaya jamur.
Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah akan dilakukan desain alat pengering higienis yang tidak tergantung oleh cahaya matahari. Pembuatan alat pengering higienis tersebut akan memberikan produk berupa jamur kering sesuai dengan standar produk  bahan pangan kering. Dengan cara pengeringan tersebut, laju pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran langsung, dan jamur kering yang dihasilkan lebih higienis, sehingga dapat memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan oleh pengusaha pasar modern atau swalayan.
Pada pengeringan jamur, suhu untuk pengeringan jamur adalah sekitar suhu 40oC - 60oC. Pengeringan ini dilakukan pada suhu cukup rendah untuk menjaga zat gizinya tidak rusak. Kandungan gizi jamur tiram, jika dihitung berat kering, kandungan proteinnya 19-35%. Sedangkan beras hanya 7.3% gandum 13.2% kedelai 39.1%. susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu (1) lisin (2) metionin (3) triptofan (4) threonin (5) valin (6) leusin (7) isoleusin (8) histidin dan (9) fenil alanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh, sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Karena nilai gizinya yang tinggi maka pada proses pengeringan sangat perlu diperhatikan suhu operasinya agar tidak merusak nilai gizi tersebut.
Dengan alat pengering ini kendala yang dihadapi oleh para pembudidaya jamur dapat teratasi. Diharapkan tidak ada lagi produk jamur yang terbuang karena mengalami kebusukan dan produk jamur kering tersebut dapat lebih luas dipasarkan sehingga keuntungan akan meningkat dan tingkat perekonomian para pembudidaya jamur tersebut juga meningkat
(Oleh: Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Lampung 2016, Herti Utami, Yuli Darni dan Donny Lesmana)