Mohon tunggu...
Herti Utami
Herti Utami Mohon Tunggu... Dosen - Hasbunallah wa nikmal wakil

Seorang istri | ibu dari 4 orang anak | suka membaca dan jalan-jalan | lecturer, researcher, chemical engineer | alumni UGM | hertie19@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Sebaiknya Membuat Wedang Uwuh, Menggunakan Air Panas atau Direbus Sampai Mendidih?

7 Mei 2020   10:42 Diperbarui: 25 Oktober 2020   08:21 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan analisis bentuk spectrum dapat terlihat bahwa pada suhu 70 der C dan waktu ekstraksi 20 menit merupakan suhu optimum dimana brazilin mampu terekstraksi. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 70 der C adalah suhu yang tepat untuk mengekstraksi brazilin (Farhana, 2015).

            Ibrahim (2015) tertarik untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama waktu ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik sari jahe. Perlakuan terbaik secara kimia fisik minuman sari jahe diperoleh suhu 95 der C dan lama waktu ekstraksi 25 menit dan parameter fisik kimianya termasuk total fenol dan aktivitas antioksidannya masih cukup baik.

            Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut, menurut pendapat saya memang lebih aman, jika membuat wedang uwuh pada suhu sekitar 70 der C dan selama 20 menit dimana pada suhu tersebut brazilin akan secara optimum terekstraksi dan senyawa bioaktif pada jahe pun tidak mengalami kerusakan. 

Tapi memang ini pilihan. Kalaupun dilakukan pada keadaan mendidihpun masih ada kandungan senyawa yang bermanfaat tersebut, meskipun sebagian ada yang sudah terdegradasi. Dan jika dilakukan pada suhu didih, harapannya kuman yang sekiranya terikut pada bahan wedang uwuh pun sudah mati. Demikian pendapat saya, pilihan terserah anda, pilih yang mudah saja. Hadeh ini gabut amat, menulis tentang minuman tapi terlalu ndakik-ndakik....:D. Percaya aja deh, kandungan wedang uwuh baik untuk kesehatan.

Sumber : 

  • Asgarpanah J, Kazemivash N. 2012. Phytochemistry and pharmacologic properties of Myristica fragrans Hoyutt. J. of Biotechnology. 11 (65): 12787-12793
  • Azman,M.,Abdul, R., Jailani,S.,Mashitah, M. Y., Ibrahim, A. B and Mohd, R. M. D. 2010.Effect of Temperature and Time to the Antioxidant Activity in Air 8 Plecranthus amboinicus Lour. JournalAmerican Sci Terapan. 7 (9): 1195-1199.
  • Badami S, Moorkoth S, Rai SR, Kannan E, Bhojraj S. 2003. Antioxidant activity of Caesalpinia sappan heartwood. Bio Pharm Bull. 26(11):1534-1537.
  • Badami S, Moorkoth S, Suresh B. 2004. Caesalpinia sappan: A medicine and dye yielding plant. Nat Prod Rad. 3(2):75-82.
  • Ernawati, A. 2013. Stabilitas antioksidan ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappanL.) selama penyimpanan. [Tesis]. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
  • Etoh H, Kondoh T, Noda R, Pal SI, Sekiwa Y, Morimitsu K, dan Kubota K. 2002. Shogaols from Zingiber officinale as promising antifouling agents. J. biosci, biotechnol, biochem 66 (8): 1748-1750
  • Farrel KT. 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut.
  • Farhana, H., Indra, T. M., dan Reza, A. K. 2015. Perbandingan pengaruh suhu dan waktu perebusan terhadap kandungan brazilin pada kayu secang (Caesalpinia sappanLinn.) Prosiding Penelitian Sivitas Akademika UNISBA, Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014 -2015
  • Hariana. (2009). Tumbuhan obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
  • Ibrahim, 2015, Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Ekstraksi terhadap Sifat Kimia dan Fisik pada Pembuatan Minuman Sari Jahe Merah dengan Kombinasi penambahan Madu sebagai Pemanis, Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.530-541.
  • Irfan, M.F, 2008. Kajian Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan Lama Perendaman Serbuk Jahe dalam Etanol.Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Surakarta
  • Khasanah, LU, BK Anandhito, Q Uyun, R Utami & GJ Manuhara. 2017a. Optimasi Proses Ekstraksi dan Karakterisasi Oleoresin Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Dua Tahap. Indonesian Journal of Essential Oil. 2(1), 20-28.
  • Khasanah, LU, Kawiji, P Prasetiawan, R, Utami, GJ Manuhara, AP Sanjaya. 2017b. IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering. 193, 012021
  • Lemmens, R.H.M.J. dan Soetjipto, Wulijani N. 1992. Plant Resources of Southeast Asia No.3: Dye and Tannin Producing Plant. Bogor (ID): PROSEA Foundation.
  • Maharani, K, 2003, Stabilitas Pigmen Brazilin pada Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) [Skripsi], Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
  • Nybe EV, Raj MN, dan Peter KV. 2007. Major Spices. Di dalam: Peter KV (ed). Spices: Horticulture Volume No.5. New Delhi Publishing Agency. New Delhi.
  • Puslitbang Perkebunan. 2014. Pendugaan jenis kelamin tanaman pala      dengan analisis kandungan myristicin pada daun. InfoTek Perkebunan
  • Rastuti, U., Senny,W., Dwi, K., Dian,R.N. 2013. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Pala dari Banyumas Terhadap Staphylococcusaureusdan Escherichia coli serta Identifikasi Senyawa Penyusunnya. Artikel Ilmiah : Program Studi Kimia Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman : Purwokerto
  • Ravindran PN dan Babu KN (eds.). 2005. Ginger: The Genus Zingiber. CRC Press. Washington DC.
  • Singh, G, S, Maurya, MP, Delampasona, & CAN, Catalan. 2007. A Comparison of Chemical, Antioxidant and Antimicrobial Studies of Cinnamon Leaf and Bark Volatile Oils, Oleoresins and Their Constituents. Journal of Food and Chemical Toxicology. 45 (1), 16501661.
  • Sufiana dan Harlia. 2014. Uji aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas campuran ekstrak metanol kayu sepang (Caesalpinia sappanL.) dan kulit kayu manis (Cinnamomum burmaniiB.). JKK, 3 (2) : 50 -55.
  • Weiss, E.A, 1997. Essential Oil Crops. CAB International, Wallingford Oxon, United Kingdom. p. 235 -- 259.
  • Widowati, W. 2011. Uji fitokimia dan potensi antioksidan ekstrak etanol kayu secang (Caesalpinia sappanL.). Jurnal Kedokteran Maranatha, 11 (1) : 23 --31.
  • Williams CA. dan Lamprecht ED. 2008. Some commonly fed herbs and other functional foods in equine nutrition: A review. The Veterinary Journal 178: 21-31

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun