Daun kayu manis selama ini masih kurang dimanfaatkan. Penelitian Tampubolon (2011) menunjukkan kandungan sinamaldehida sebesar 63,61% pada minyak atsiri daun kayu manis. Senyawa aktif mayoritas pada minyak atsiri daun kayu manis pada penelitian Khasanah (2014) adalah L-linalool (27,73%). Sedangkan menurut Nugraheni (2012) senyawa aktif dalam minyak atsiri daun kayu manis adalah L-linalool (34,40%), 1,8-cineole (18,18%), -pinene (13,96%), -pinene (9,30%), dan benzyl benzoat (4,42%).Â
Selain minyak atsiri, daun kayu manis dapat diolah menjadi oleoresin. Khasanah (2017b) menyatakan bahwa oleoresin daun kayu manis satu tahap mempunyai kadar minyak atsiri 9,5%, dengan senyawa aktif eugenol 59,56%, oleic acid amide 19,58%, dan benzyl benzoat 7,78%.Â
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan Khasanah (2017a) diketahui oleoresin daun kayu manis dua tahap mempunyai kadar minyak atsiri 22,22%. Senyawa aktif terbesar yang dihasilkan berupa benzyl benzoate (39,67%), linalool (15,03%), cineole (12,45%), -pinene (4,53%), dan rhodium (3,1%). Kandungan senyawa aktif mayoritas eugenol dalam minyak atsiri dan oleoresin daun kayu manis dapat berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan (Singh et al., 2007).
Dalam wedang uwuh, dengan pemberian daun kayu manis dapat disimpulkan kandungan mayoritas utamanya adalah eugenol dan berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan.
- Daun Pala
Daun   pala   mengandung   minyak   atsiri,  senyawa  utama  minyak  atsiri  pada  daun  pala  adalah myristicin (Puslitbang Perkebunan 2014). Minyak atsiri yang  berasal  dari  biji  dan  fuli  pala  banyak  digunakan untuk industri obat-obatan, parfum dan kosmetik.  Daun  pala  merupakan  salah  satu  bagian tanaman yang belum banyak termanfaatkan. Rastuti (2013) memaparkan bahwa senyawa yang terkandung pada daun pala diantaranya alkaloida, triterpenoid, tanin, dan 2 flavonoid (Rastuti, 2013).
Daun pala memiliki kandungan kimia diantaranya saponin, tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid, polifenol dan minyak atsiri (Hariana, 2009).
Daun pala mengandung 0.3%minyak atsiri dengan senyawa Sabinena (19.07%), -pinena (18.04%), 4-terpineol (11.83%), limonena (8.32%) dan -pinena (7.92%) (Asgarpanah, 2012). Sabinena merupakan monoterpene bisiklik.
Dalam wedang uwuh, dengan pemberian daun pala dapat disimpulkan kandungan mayoritas utamanya adalah myristicin yang dapat merangsang kantuk dan menghilangkan stress, serta sebagai flavor.
Dari uraian tersebut di atas, wedang uwuh banyak mengandung senyawa antioksidan. Khususnya yang dominan adalah brazilin dan gingerol. Apakah senyawa-senyawa ini rusak pada suhu titik didih saat direbus?
Baik untuk senyawa bioaktif maupun senyawa antinutrisi, Azman (2010) menyimpulkan bahwa komponen bioaktif seperti antioksidan pada beberapa tanaman meningkat seiring kenaikan suhu antara 45-100 der C, sebaliknya,mengalami penurunan bila suhu ekstraksi dinaikkan hingga 120 der C.
Pada kayu secang, ekstraksi yang dilakukan pada suhu 85 der C atau 100 der C berpotensi menurunkan kandungan brazilin karena adanya degradasi. Maharani (2003) menunjukkan bahwa brazilin memiliki kepekaan terhadap pemanasan dimana dengan adanya perlakuan suhu brazilin akan mengalami degradasi.Â