Ini hanyalah sepenggal cerita sebagai catatan kecil, bahwa kaki ini pernah melangkah dan menyusuri sudut kota yang terkenal dengan sebutan Kota Romantis. Memang tidak pernah kusangka bahwa dalam waktu yang begitu singkat, diriku bisa menjejakkan kaki di kota ini yang sebelumnya hanya bagaikan impian semu. Bagiku, Paris adalah kota yang hanya bisa dilihat dari sebentuk gambar dan film. Siapa yang tidak ingin datang ke kota ini? Semua yang kudengar dan kulihat menceritakan keindahan, dan nuasa keromantisan di kota ini, seperti yang ada di buku-buku novel ataupun di film-film.
Ketika pertama menjejakkan kaki di sini, kenapa semua jadi tidak seperti dalam angan dan impian? Kenapa semua jadi terasa biasa saja? Mungkin karena musim panas, so tidak ada perbedaan suasana dengan negara tropis. Hijau daun-daun terlihat biasa saja, lain halnya jika daun-daun itu berwarna kuning atau kemerahan seperti halnya warna daun maple ketika musim gugur atau musim semi. Padahal suasana itu yang sebenarnya membuat perbedaan yang signifikan. Hmmm, harusnya perjalanan di musim semi atau musim gugur lebih menarik. Ini adalah poin penting yang mestinya perlu diperhatikan.
Kenapa ketika Eiffel ada di depan mata, aih ternyata menara ini hanyalah bangunan tegak tepat di pinggir jalan raya. Sama sekali tidak sesuai dengan bayangan. Mungkin memang saat itu salah mengambil posisi yang tepat, harusnya di bagian yang ada tamannya dan Eiffel bisa terlihat dari kejauhan. Maklum saja, hujan mengguyur Paris, dan kami berjalan tanpa bisa menikmati suasana sekitar. Hawa terasa dingin dan meskipun memakai payung, percikan air hujan tetap saja terasa. Selain itu, begitu banyak pedagang asongan yang menjual air mineral dan souvenir. Ah…desahku, suasana ini sungguh berbeda dan tidak seperti di film-film.
Ah, Paris, kenapa semua tidak seperti di film romantis itu? Musium Louvre adalah tempat yang memang paling kuinginkan untuk melihat berbagai karya seni dunia. Di ujung jalan Champs de Elysees adalah gerbang Arc de Triomphe yang mengingatkanku akan kegagahan seorang Napoleon Bonaparte. Palais Garnier adalah tempat dimana pertunjukan orkestra musik klasik bisa kita dengar secara langsung. Istana Versailes adalah kediaman mewah Raja Louis XVI dan ratunya, dengan tamannya yang luas dan indah.
Memang bangunan-bangunan tua itu nampak indah di mata. Dan sudut-sudut jalan itu terasa berbeda suasananya. Bangunan tua dengan arsitektur khas Eropa serta banyaknya kafe-kafe di pinggir jalan raya yang tidak hiruk pikuk suasananya. Ahh memang menarik. Namun hanyalah kesenangan sejenak yang kurasakan. Tapi untuk apa? Tidak ada sedikitpun nuansa romantisme di sini. Kata seorang teman, jelas saja, aku tidak bisa merasakan nuansa itu karena kakiku lecet karena sepatu yang kurang nyaman, yang dominan adalah rasa nyeri yang kurasa, sehingga membuat semua menjadi bad mood. Waduh, bagaimana tidak lecet, setiap saat harus mengukur jalanan yang seolah tiada berujung.
Namun sebenarnya aku tahu sebab dan alasannya, kenapa suasana begitu hampa, karena apa? Tidak ada engkau di sampingku ketika menyusuri jalanan di kota ini. Kalaupun secara fisik aku melakukan perjalanan dan menikmatinya, tapi hatiku selalu tertinggal untuk memikirkanmu dan anak-anak kita.
*****
Tapi kupikir, dengan kauberikan kebebasan untuk terbang dan sampai di kota ini adalah pengorbanan dan hadiah yang paling romantis darimu. Kauberikan kesenangan sejenak dari rutinitas harian yang memusingkan. Sekalipun engkau bukan pria yang romantis, namun hal-hal indah dan pengalaman yang terbaik ada ketika bersamamu. Dan hal yang paling kuhargai adalah ketika engkau selalu mengizinkan diriku ini untuk sejenak terbang pergi meninggalkan sarang.
Kadang terbersit keinginan kapan kita dapat meninggalkan sarang bersama-sama dan menikmati kota ini? Sehingga bisa kurasakan nuansa romantis itu? Mungkinkah di suatu hari ataupun suatu saat ketika kita telah menua. Namun dimanapun tempatnya sebenarnya tidaklah masalah, suasana romantis itu bisa hadir jika kita selalu bersama-sama, tidak harus di kota ini.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H