Salah satu paket wisata tour yang ditawarkan di Ho Chi Minh City adalah menyusuri sungai Mekong. Di setiap hotel paket wisata ini ditawarkan. Tapi paket yang sama harganya bisa berbeda tergantung dari dimana kita memesannya. Sepertinya semakin bagus hotelnya semakin mahal biaya yang dikenakan. Padahal fasilitas perjalanan dan tujuan paket tournya sama, karena memakai bus yang sama. Selain berkumpul di kawasan Pham Ngu Lao yaitu di Bui Vien Street, bus itu juga menjemput pengikut tour dari satu hotel ke hotel lainnya. Kalau ingin mendapatkan biaya yang lebih murah, menurut pengalaman saya bisa diambil di agen yang berada di kawasan backpacker yaitu di Bui Vien street (waktu itu mengambil Tropic Tour). Di kawasan ini banyak sekali agen-agen bis dan tour wisata. Sebenarnya banyak paket tour yang ditawarkan tapi kali ini saya akan menceritakan tentang Mekong Delta Trip. Perjalanan ini dimulai pada pukul 7.45 kami harus siap dijemput di hotel. Dengan menggunakan bus ber-AC, dan ditemani 1 orang pemandu, kami berangkat dari Ho Chi Minh City selama kira-kira 2 jam menuju My Tho City. Dalam perjalanan itu di sisi jalan banyak sawah-sawah yang kami lewati. Hampir sama jika kita melakukan perjalanan di Jawa. Hanya bedanya kalau saya perhatikan di Vietnam setiap sawah pasti selalu ada 1 bangunan seperti makam. Sesampainya di dermaga sungai, kami naik kapal atau perahu wisata untuk menyusuri sungai Mekong.
[caption id="attachment_309676" align="aligncenter" width="550" caption="Perahu sekaligus tempat tinggal di sungai Mekong (dok. Pribadi)"][/caption] Sungai Mekong airnya kecoklatan, dan sepanjang sungai banyak perahu-perahu kecil yang rupanya sekalian dijadikan tempat tinggal. Kondisinya agak memprihatinkan. Saya melihat keluarga yang tinggal diperahu dengan anak-anaknya yang masih kecil. Tapi meskipun sungainya sepertinya kotor karena airnya berwarna coklat begitu, tapi kulit mereka tetap aja bersih dan putih. Selama di perjalanan itu saya jadi teringat ketika menyusuri sungai Musi di Palembang (ternyata di sungai Musi menurut saya jauh lebih baik). [caption id="attachment_196368" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandu wisata yang memandu tour"]
Setelah beberapa lama menyusuri sungai kami mampir ke suatu desa, yang menurut saya biasa saja, seperti desa-desa di Indonesia. Kami diajak ke suatu tempat untuk pembuatan berbagai makanan. Yang pertama diperlihatkan bagaimana caranya membuat rice paper. Jadi semacam seperti kulit lumpia yang lebar tapi tipis dan bahannya dari tepung beras. Kemudian kami ditunjukkan cara membuat sejenis makanan dari beras yang biasanya saya menyebutnya jipang (makanan yang masih bisa kita temukan di pasar-pasar tradisional di Indonesia). Waktu itu saya baru tahu kalau ternyata jipang itu terbuat dari beras. Mula-mula bulir padi dipanaskan di penggorengan dengan pasir pada suhu tinggi. Maka bulir padi-padi tersebut akan pecah (seperti membuat popcorn atau berondong) dan dipisahkan kulitnya. Lalu beras yang merekah tersebut dimasukan ke air gula, sehingga diperoleh jipang yang manis, lalu dicetak dan dipotong-potong berbentuk kotak. Sementara sekam atau kulit padinya dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar. Kemudian kami disuruh mencicipi langsung ketika masih panas dan berupa gumpalan-gumpalan yang belum dicetak. Rasanya enak. [caption id="attachment_196369" align="aligncenter" width="300" caption="Membuat rice paper"]
[caption id="attachment_196370" align="aligncenter" width="300" caption="Beras yang sudah merekah dan dimasukan ke air gula"]
Setelah itu, kami juga ditunjukkan cara membuat coconut candy. Wah, sepertinya keren. Ternyata kami hanya ditunjukkan cara memecah kelapa, sampai dengan membuat santannya. Lalu santan tersebut dicampur gula untuk dibuat permen, dicetak, dipotong kecil-kecil dan dibungkus. Herannya para turis bule yang ikut rombongan, sepertinya mereka excited banget. Dan ketika kami disuruh mencoba, permennya ketika dimasukkan mulut lengket-lengket ngga karuan. [caption id="attachment_196371" align="aligncenter" width="300" caption="Sedang membungkus coconut candy"]
[caption id="attachment_196372" align="aligncenter" width="300" caption="Produk makanan-makanan dari beras yang ditunjukkan"]
Setelah itu oleh pemandu kami diajak ke tempat lain. Mampir untuk menikmati honey tea. Memang disebutkan di paket tournya : visiting natural pure honey at a bee keeping farm. Waktu itu seorang perempuan Vietnam dengan baju khasnya yang disebut Ao Dai, (yaitu celana dengan baju panjang tunik, dengan belahan tinggi sampai pinggang) menyuguhkan teh yang dicampur dengan madu. Tapi sayangnya teh disajikan hanya dengan gelas-gelas keramik kecil untuk minum teh itu (waktu itu udara panas dan haus). Lalu kami ditawari untuk membeli produk yang berupa madu dan sejenis Royal Jeli. Di tempat itu juga dijual obat-obatan yang seram menurut kami, karena berisi binatang-binatang yang seram (ular, kalajengking dll).
[caption id="attachment_201713" align="aligncenter" width="300" caption="Botol yang berisi ular dan kalajengking"]
[caption id="attachment_201714" align="aligncenter" width="300" caption="Tempat di mana kami makan siang"]
(Semua foto adalah dokumen pribadi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H