Mohon tunggu...
Herti Utami
Herti Utami Mohon Tunggu... Dosen - Hasbunallah wa nikmal wakil

Seorang istri | ibu dari 4 orang anak | suka membaca dan jalan-jalan | lecturer, researcher, chemical engineer | alumni UGM | hertie19@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tegakah Membiarkan Mahasiswa Menunggu Sia-Sia?

21 Februari 2015   13:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14244748861939874510

Sumber : http://momsmedia.blogspot.com/2013/01/13-kata-jangan-menunggu-yang-harus.html

Kejadian kemarin ada seorang rekan dosen ketika bersama saya keluar ruangan dan ternyata ada sederet mahasiswa yang menunggunya. Kaget saya mendengar komentarnya kepada mahasiswa-mahasiswa itu, “Besok Senin saja ya ketemu saya lagi”. Deg, perasaan saya. Oo teganya, teganya membiarkan mahasiswa itu menunggu dengan sia-sia, gagal untuk bimbingan atau konsultasi tentang laporan kerja praktek, penelitian dan lain-lainnya. Terbuang sia-sialah waktu mahasiswa itu menunggu entah berapa lamanya. Bukankah zaman sudah canggih begini, kenapa hal-hal yang berhubungan dengan pembimbingan dan pertemuan dengan mahasiswa tidak dikomunikasikan dengan baik?

Memang kadang sebagai dosen ada yang menyepelekan hal-hal yang mungkin dianggap kecil ini. Membiarkan mahasiswa menunggu tanpa kepastian. Itu juga pernah saya rasakan ketika masih menjadi mahasiswa. Ketika dosen sudah memberikan jadual hari konsultasi, namun kadang-kadang jam-nya yang tidak pasti. Ketika mahasiswa mencoba sms dan tidak dibalas, kalau saya sebagai mahasiswa pastilah segan untuk menelpon atau sms lagi. Dan satu-satunya cara adalah menunggu di depan ruangan. Atau lebih ekstrim lagi, menunggu mobilnya datang he he he. Jadi, sebagai mahasiswa harus hafal dosen tertentu mobilnya apa, sehingga dengan mudah menentukan apakah dosen tersebut berada di kampus atau tidak. Itu trik paling mudah menentukan keberadaan dosen. Tapi tentu saja cara ini jadi gagal total kalau tiba-tiba dosen tersebut diantar jemput atau menggunakan motor.

Terus terang, saya merasakan tersiksa jika menunggu lama dan tidak ada kepastian apakah bisa konsultasi atau tidak. Betapa sepertinya waktu sia-sia terbuang percuma (meskipun kenyataannya sambil utak-atik gadget dan membaca kompasiana misalnya). Syukurlah kalau waktu menunggunya hanya sepuluh menit atau setengah jam, kalau sampai lebih dari satu jam, oo rasanya seperti ingin angkat kaki dan pulang. Apalagi jika dosen tiba-tiba rapat di hari itu, tanpa mahasiswa tahu, karena dosen yang bersangkutan tidak memberitahukan sebelumnya. Tentu akibatnya mahasiswa itu akan menunggu dan menunggu lagi. Memang kasihan deh jadi mahasiswa itu. Untuk membesarkan hati saya sering menganggap saja itu merupakan bagian dari perjuangan untuk mencapai tujuan.

*****

Mestinya hal-hal semacam itu bisa dihindari jika ada komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen. Bukankah salah satu kriteria menjadi dosen yang baik adalah mudahnya diakses atau dihubungi (accessible). Tidak usahlah menjadi dosen yang sok takut berkurang wibawanya di hadapan mahasiswa hanya karena mengirim sms ke mahasiswa. Alangkah baiknya juga setiap kali membalas sms mahasiswa yang meminta informasi waktu pembimbingan. Tentu saja sebagai mahasiswa juga harus mengerti bagaimana berkomunikasi yang baik lewat sms, dengan bahasa yang baik dan tidak mengabaikan kaidah etika dan kesopanan. Kalau dulu saya menerima sms yang modelnya seperti ini “Bu, besok aku mau bimbingan, ada di kampusnya jam berapa?” Terus terang malas juga saya membalas sms yang seperti itu. Apa salahnya mengganti ‘aku’ dengan kata ‘saya’. Ini mungkin saya yang terlalu perasa menganggap kata ‘aku’ kurang sopan he he he. Kalau sudah begini, terus terang saja saya tegur mahasiswa itu untuk mengirim sms dengan bahasa yang lebih baik.

Buat para mahasiswa yang pernah mengalami hal ini tetaplah semangat!

*****

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun