Mohon tunggu...
hersinta suroso
hersinta suroso Mohon Tunggu... Ilmuwan - A researcher on internet and disability issues.

A communication lecturer and a writer in progress, an avid book reader and music fans, a proud mum of a neurodivergent.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perth, Surganya Pencinta Buku dan Musik

21 Oktober 2011   03:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyandang predikat sebagai kota terhangat dengan sinar matahari bersinar cerah, siapa sangka ibukota Australia Barat ini ternyata menyimpan 'harta karun' berupa pameran seni dan musik, serta toko-toko buku indie yang menawarkan beragam pilihan. Bagi para penggemar buku dan musik, agenda mengunjungi konser rock serta toko buku alternatif, bisa menjadi pilihan yang seru untuk berlibur! Bahkan, sejak bulan April hingga Agustus lalu, museum Western Australian di Perth menggelar pameran seni bertajuk "AC/DC Australia's Family Jewels, yang menampilkan 400 barang-barang memorabilia dari band heavy metal legendaris ini. Fans band AC/DC maupun penggemar musik rock pasti tak asing dengan kostum ala schoolboy gitaris Angus Young plus aksi panggungnya yang 'nyeleneh' dengan bermain gitar sambil duduk menyeret lutut. Beragam koleksi AC/DC dipamerkan, mulai dari instrumen musik yang pernah digunakan saat tur, kostum, foto-foto, poster, lirik lagu bertuliskan tangan, backstage pass hingga potongan tiket selama 35 tahun kiprah mereka di panggung musik rock. Kebetulan, saya dan beberapa teman sempat mengunjungi museum dan menikmati suguhan musik yang diputarkan lewat video klip konser mereka dengan sound-system yang menggelegar. Lucunya, pertunjukan klip tersebut dibuat seolah-olah seperti area konser mini- lengkap dengan panggung, tata-lampu ala konser, sound yang keren, hingga deretan penonton yang terbuat dari cardboard box :-) [caption id="attachment_142845" align="alignnone" width="600" caption="area "][/caption] Uniknya lagi, setelah pengunjung puas menikmati pameran tersebut, di ujung pintu keluar, mereka boleh meninggalkan kenang-kenangan berupa 'lovenotes'- post-it merah bergambar petir yang menjadi trademark band ini. Pesan cinta para penggemar ini ditempel di sebuah papan hitam berukuran besar di penghujung pameran. Saya pun menuliskan sepatah-dua patah kata sebagai pesan singkat atas menyenangkannya pameran band yang dianggap seagai  'harta karun' dari benua Kangguru ini. Sembari terbersit harapan dalam benak, alangkah senangnya jika grup-grup musik Indonesia bisa diapresiasi layak dan tampil di museum nasional kita :-) Agenda berikutnya adalah mengunjungi toko sekaligus label musik indie yang berlokasi di 914 Hay Street, di pusat kota Perth. Toko yang beroperasi sejak 1974 ini, menjual ribuan CD, vinyl hingga suvenir dari beragam band dan musisi, mulai dari indie hingga artis mainstream Top 40. Rak-rak diskon dengan CD seharga AUSD 5-10 sempat membuat saya kalap, begitu juga ketika menemukan CD terbaru dari James, band britpop asal Inggris yang lumayan langka. [caption id="attachment_142847" align="alignnone" width="480" caption="CD diskonan di toko musik indie 78 Record Store"][/caption] Perjalanan berlanjut ke toko buku secondhand Elizabeth Bookstore, yang menawarkan koleksi buku kuno, manuskrip lama hingga novel kontemporer. Aura toko yang didominasi kayu cokelat semakin menegaskan antiknya toko buku ini. Ribuan buku menjulang dari lantai hingga langit-langit, sehingga rak-rak buku di sini dilengkapi dengan tangga jika ingin mengambil buku yang ada di rak teratas. Bagi saya, tempat-tempat seperti ini menyimpan lebih banyak 'harta karun' tersembunyi dibandingkan dengan jaringan toko buku raksasa dengan interior modern mengkilat seperti Borders. Meski, agak menyesal juga melewatkan kunjungan ke Borders, karena 2 bulan lalu toko ini tutup akibat dampak dari menurunnya penjualan karena pembaca saat ini lebih suka mengakses e-book secara gratis. Artinya, saya melewatkan closing sale yang pasti dipenuhi ratusan buku yang dibanderol super murah :-( Di Elizabeth, tumpukan buku kartun Blue's Clues untuk anak-anak pra-sekolah dihargai hanya AUSD 4.  Selain Elizabeth, di area Mount Lawley, juga banyak terdapat toko-toko buku indie yang menawarkan specialties untuk buku-buku tertentu. Salah satunya adalah Planet DVD and Books. Yang menggoda dari toko ini, selain deretan buku diskonan (lagi-lagi!) adalah koleksi buku-buku musik yang cukup lengkap, mulai dari biografi rocker legendaris Jim Morrison hingga cerita absurd tentang penyanyi unik Morissey. [caption id="attachment_142850" align="alignnone" width="480" caption="Koleksi buku musik di Planet Books"][/caption] Sayang sekali, akibat cuaca buruk dan kabut asap di Australia saat itu (terutama di daerah Sydney, Melbourne dan Canberra) membuat kami batal menyaksikan konser band rock The Vines, yang sedianya akan manggung di minggu tersebut. Band rock alternatif yang populer dengan single 'Get Free' di tahun 2002 ini tadinya dijadwalkan konser di salah satu klub di Perth dengan harga 'bersahabat', karena penyelenggaranya adalah salah satu kampus di sana. Saya, yang sudah mengkhayal akan menikmati pengalaman menonton konser yang intim dan seru dengan crowd yang dinamis, karena sebagian besar pengunjungnya adalah mahasiswa, terpaksa menelan kekecewaan. Tapi yang cukup menghibur adalah, pihak event organizer yang sangat profesional, karena mereka langsung menawarkan tiket pengganti untuk jadwal selanjutnya (yang sayangnya terpaksa dilewatkan karena kami sudah balik ke Indonesia!) atau penggantian seutuhnya langsung ke akun kartu kredit dalam jangka waktu kurang dari seminggu. [caption id="attachment_142855" align="alignnone" width="480" caption="Konser The Vines yang terpaksa batal"][/caption] Semoga kali lain saya berkesempatan untuk kembali lagi ke sana untuk menyaksikan konser musik yang seru dan bisa berpetualang, berburu lebih banyak buku serta memorabilia musik favorit (nabung dulu deh pastinya!) :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun