Mohon tunggu...
Herry Nuryadi
Herry Nuryadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Manusia. Berusaha berpikir sebagai manusia, dan hanya ingin bicara tentang kemanusiaan....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Jokowi] Becik Ketitik Olo Ketoro

18 Desember 2015   11:09 Diperbarui: 18 Desember 2015   14:51 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak.....

pernahkah Bapak tiba-tiba terbangun di malam hari?
dan terduduk di teras, merenungi semuanya.......
dalam kesunyian....hanya kodok ngorek bersahutan......
“Ngopo kok dadi koyo ngene.....?”
ah....
tapi saya yakin....
Bapak akan bergegas mengambil air wudhu untuk tahajud
dan bergumam :
“becik ketitik....olo ketoro....”

Pak....
mungkin di suatu malam
setelah melewati hari yang melelahkan dan memusingkan
Bapak terduduk di pinggir tempat tidur...
dan perlahan...bu Iriana turut duduk di samping Bapak
dalam kelembutan senyum....
mulai memijat pundak Bapak..memompakan semangat...
sambil menanyakan apakah Bapak masih mampu bertahan?
ah....
tapi saya yakin....
Bapak akan tersenyum sambil meremas tangan ibu.....
“Aku ora popo Bu.....becik ketitik..olo ketoro...”

Pak....
mungkin di suatu sore
entah Raka...entah Kahiyang....entah Kaesang....
tiba-tiba menghambur telungkup di pangkuan Bapak
dalam tangisan....atau bahkan kemarahan....
menanyakan pada bapaknya
mengapa diam saja diperlakukan seperti ini?
dituduh...dihujat...difitnah....
ah.....
tapi saya yakin.....
Bapak akan mengusap kepala mereka dengan kasih
dan menjawab lembut:
“Yo wis-lah le....yo wis-lah nduk....aku ora popo....becik ketitik..olo ketoro....”

Pak....
mungkin ada ketika,
Bapak pulang ke Solo
dalam sungkem yang tak terucapkan.....
bunda Sudjiatmi mengelus kepala Bapak dengan lembut dan berbisik halus:
“Sing sabar yo le...becik ketitik, olo ketoro...”

Benar Pak.....
perjuangan pasti ada harganya,
bahkan mereka yang ada di Senayan-pun ada harganya
seperti label yang tertempel di jidat mereka

Benar Pak....
niat baik sudah tidak laku lagi di negeri ini....
negeri yang telah kehilangan ruh adiluhungnya
negeri yang menganggap semuanya hanyalah komoditi
dan semuanya ada label harganya....

Tapi Bapak harus tetap yakin
seperti juga saya yang selalu yakin
pada saatnya nanti....
semua akan telanjang....
seperti saat manusia dilahirkan
seperti saat manusia menghadap Khalik-nya
tanpa topeng....
tanpa hiasan...
tanpa alasan dan argumen....
terang...jelas...bening....

Tapi Bapak harus tetap yakin
seperti juga saya yang selalu yakin
Gusti Allah mboten Sare.....
Becik ketitik...olo ketoro......

Bogor, 18 Desember 2015

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun