Pertanyaan yang mungkin sangat konyol dan tak perlu mendapatkan jawaban. Itu karena semua orang pasti tahu bahwa kita tidak boleh menyerah, bagaimanapun situasi kehidupan yang sedang kita jalani. Namun, ketika tantangan atau kesulitan sangatlah besar, bahkan segede gaban, sedahsyat badai, tetap saja pancingan untuk menyerah selalu ada. Untuk itu, tidak ada salahnya jika kita kembali mengingatkan diri kita agar tidak boleh menyerah dalam hidup ini, meski pada ujungnya kita mengalami kekalahan.
Setidaknya, berikut ini beberapa pengingat bahwa kita perlu berpikir ulang jika hendak menyerah, dari setiap kesulitan yang kita alami.
1. Jangan hanya fokus pada kekurangan yang ada dan melupakan banyak sekali kelebihan
Nasihat bijak mengingatkan hal ini,"Ada sebuah tembok yang disusun dengan 100 bata. Eh, ternyata ada satu bata yang rusak. Pikiran kita pun terus-menerus dihantui dengan satu bata yang rusak itu dan tidak bersyukur dengan 99 bata yang masih baik-baik saja." Terus-menerus berpikir pada hal yang dianggap kurang, dianggap sulit, padahal masih banyak hal baik yang kita terima, membuat kita tidak bisa berpikir jernih.
Pada akhirnya, kita juga akan mudah mengeluh jika sedang berada pada "kerusakan hidup" yang sedang kita alami. Semakin menumpuk pikiran pada hal yang tak mengenakkan itu membuat kita mudah menyerah. Seakan hidup menjadi tak bisa diperbaiki lagi. Seakan hidup sudah tamat, sudah tidak ada tempat lagi untuk kita berbuat yang terbaik, memperbaiki yang rusak, dan memelihara yang masih baik-baik saja. Ini perlu kita pikirkan dan jernihkan agar kita tidak mudah menyerah, bahkan jangan sampai menyerah hanya karena kerusakan kecil dalam hidup kita.
2. Menghargai hidup dan semesta raya
Apakah Anda saat ini masih hidup? Tentu saja. Jika sudah meninggal, tidak mungkin Anda membaca tulisan ini, bukan? Hidup adalah anugerah. Itu poin penting yang tidak boleh kita lupakan. Namun, hidup juga diwarnai beragam pengalaman, baik itu yang menyenangkan ataupun yang pahit. Hidup juga memberikan kita kesehatan, tapi di lain sisi, kita juga kadang harus terserang satu penyakit. Semua itu perlu kita hargai, termasuk menghargai semesta raya tempat kita menjalani kehidupan.
Di situlah kita diingatkan untuk tidak boleh menyerah. Jika sakit, misalnya, jangan menyerah dan segeralah obati agar kita bisa sembuh. Jika sedang mengalami kesulitan, sehebat apa pun itu kesulitannya, hadapi dengan ketegaran jiwa dan raga. Ibarat penyakit, kesulitan itu memang tidak mengenakkan, harus kita jalani, dan jangan sampai kita lari dari kesulitan atau kenyataan hidup yang pahit bahkan sepahit-pahitnya.
Jalaluddin Rumi pun mengingatkan, "Lari dari apa yang menyakitimu akan semakin menyakitimu. Maka terlukalah sampai kamu sembuh." Itu selaras dengan apa yang seharusnya kita lakukan, tak boleh menyerah dan melarikan diri dari tantangan hidup. Hadapi saja, meski itu sakit, terluka, bahkan kadangkala memalukan. Selama kita mampu menghargai hidup dan semesta raya, selama itu pula kita akan mempunyai ketangguhan hati dan pikiran, untuk menyelesaikan segala persoalan.
3. Tak perlu lagi bertanya kapan ini akan usai
Demikian beratnya persoalan hidup, bahkan dalam jangka waktu yang lama, menggiring kita pada satu pertanyaan, "Kapan ini akan usai?" Jika pertanyaan itu terus-menerus dilontarkan dan tidak pula mendapatkan jawaban maka kita akan mudah menyerah. Kita seakan berada pada zona yang menyakitkan, dengan rasa sakit yang amat parah, namun tak kunjung sembuh. Kita seakan berada di zona yang tak nyaman, sementara banyak orang sudah menikmati kebahagiaan, jauh di atas kita berpijak saat ini.
Untuk menyudahi pikiran buruk bahwa kita seakan-akan memang pantas untuk bernasib buruk, sementara orang lain bernasib baik, maka singkirkan terlebih dulu pertanyaan yang bernada putus asa, kapan ini akan usai. Ingat saja kembali bahwa hidup adalah anugerah. Selama kita masih diberi karunia kehidupan maka di situ pula kita diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan.