Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laptop Anakku

2 Desember 2022   13:45 Diperbarui: 2 Desember 2022   13:51 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BEDA DIAGNOSIS YANG TERLALU DALAM

Biaya servis yang tujuh juta di service center resmi dengan lima ratus ribuan di tempat servis tak resmi, membuatku tertegun. Bukan hanya karena beda jauh harganya, namun juga menimbulkan banyak tanya di benakku, kenapa beda diagnosisnya terlalu dalam. Service center resmi memvonis laptop anakku rusak di tiga komponen pentingnya sehingga perlu biaya mahal untuk menghidupkannya kembali. Sementara itu, teknisi di tempat servis di dalam mal itu hanya memvonis jauh lebih ringan, keyboard-nya saja yang rusak.

Dalam benakku bertanya, kenapa teknisi resmi tidak bisa mendeteksi kalau cuma keyboard-nya yang rusak? Kenapa ia malah berpikir terlalu jauh dengan tiga komponen rusak, termasuk main board, padahal "mereka" ternyata baik-baik saja. Kemudian, dengan entengnya menginformasikan angka tujuh juta untuk biaya servis. Beda diagnosis yang terlalu dalam sangat mengusik pikiranku.

Pengalaman itu membuatku lebih hati-hati, lebih waspada, untuk tidak mudah percaya kepada satu diagnosis, kepada satu pendapat, sebelum mendapatkan bandingannya. Itu seperti dunia kedokteran saja, sering kali perlu second opinion agar kita yakin tentang suatu penyakit yang kita derita. Jadi ingat lagu "Ojo Dibandingke", tapi dalam ini aku harus mendapatkan perbandingan yang tepat, agar tidak dirugikan, apalagi jarak tujuh juta dan lima ratus ribu sangatlah jauh dan dalam.

Saat ini anakku kembali memanfaatkan laptop yang sudah diganti keyboard-nya. Dengan penuh semangat dan seakan mendapatkan harapan baru, ia kembali beraktivitas kuliah online maupun offline yang membutuhkan perangkat laptop dengan segala kecanggihannya.  Anakku juga mendapatkan pengalaman baru, bagaimana ia bisa mengubah kegelisahan, kepasrahan, ketidakpercayaan diri akibat vonis orang lain, menjadi semangat yang luar biasa untuk meraih sukses di masa depan.

Tulisanku ini untuk menginspirasimu, jangan mudah percaya pada pendapat orang lain, apalagi pendapat yang bisa mematikan langkah kita untuk bekerja, berkarya, atau aktivitas lainnya. Tetap semangat menerjemahkan tantangan dan kesulitan, kreatif mencari cara memecahkan masalah, dan carilah orang yang tepat untuk membantunya. Semoga berkenan dan bermanfaat. Maaf jika ada kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan selera bahasa Anda. Salam inspirasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun