Salah satu aktivitas populer dan banyak digemari adalah "ngeblog". Saya pun suka ngeblog, menuangkan ide maupun gagasan melalui blog pribadi. Beberapa tahun sudah saya jalani, timbul tenggelam. Tidak konsisten, tapi juga tidak berhenti ngeblog.
Nah, akhir-akhir ini saya banyak "ngeblog" lewat Kompasiana, menayangkan tulisan yang saya buat, meski tidak rutin tiap hari. Banyak pihak menganjurkan kita rutin menulis, misalnya sehari satu tulisan, agar blog pribadi yang kita miliki punya tingkat keterbacaan yang tinggi. Jika ingin mendapatkan banyak pengunjung blog, teruslah menulis.
Tulisannya pun tidak sembarangan. Harus mengindahkan kaidah-kaidah penulisan blog sehingga karya kita mudah terbaca mesin pencari atau mudah diakses banyak orang. Itu saya pahami, meski sering saya langgar.
Mengapa saya langgar? Karena saya menulis di blog pribadi kala itu hanya untuk iseng, suka-suka saja, menghibur diri, meski pada akhirnya tulisan saya juga berisi inspirasi. Bagi saya, yang penting saya bisa menulis di kala penat atau bisa berekspresi ketika waktu luang sedang banyak datang dalam kehidupan saya.
Karena sekadar hiburan, suka-suka, lebih banyak ingin mendapatkan efek senang-senang maka saya menggunakan bahasa populer, yang akrab, dan mudah dipahami. Di sinilah kaidah bahasa Indonesia yang benar sering saya buang jauh-jauh.
Menyisipkan bahasa slang, bahasa gaul, di antara banyak kata yang saya produksi terasa menjadi asyik. Apalagi, saya ngeblog memang untuk menghibur diri. Jika menggunakan bahasa yang baik dan benar, baku dan sangat resmi, saya malah akan masuk kepada stres yang baru.
Saya yakin banyak blogger yang lebih memilih menggunakan bahasa gaul atau santai dibandingkan memunculkan beragam penulisan kata yang benar sesuai kamus. Itu bukan berarti orang-orang yang ingin mendapatkan hiburan dari ngeblog bermaksud merusak bahasa Indonesia. Terlalu lebay jika kita beranggapan bahwa orang yang gemar ngeblog bertujuan menghancurkan bahasa tercinta kita, bahasa Indonesia.
Dengan catatan, ngeblog memang sekadar untuk suka-suka, senang-senang, menghibur diri, ingin mendapatkan efek relaksasi melalui tulisan demi tulisan yang enteng-enteng saja. Itu tujuan utama saya jika ngeblog.
Berbeda dengan para pakar di bidang tertentu yang ngeblog dengan tujuan ingin menunjukkan keahliannya. Seorang ahli hukum, misalnya, bikin blog berisi informasi dan konsultasi hukum. Bahasa yang digunakan tentu saja bahasa hukum, bukan bahasa suka-suka, atau bahasa ringan tanpa mengindahkan kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Atau, dokter ngeblog. Isi blognya seputar dunia kesehatan, baik itu tentang tips sehat, konsultasi kesehatan, atau informasi terbaru mengenai virus corona. Apakah bahasa yang digunakan slengean? Tentu saja tidak. Pilihan katanya pasti khas kedokteran. Beragam istilah kesehatan juga akan mewarnai blognya dan tentu saja akan sangat jauh bahasa pergaulan digunakan.