Hujan menderai di ujung Januari, seperti bisikan masa kecil di pelataran kenangan
Di bawah rintik, kulepas perahu kertas,
menitip mimpi pada likaliku aliran sungai memanjang
Hujan seperti nyanyian ibu melompat dari jendela,
merangkul gigil dalam dekapan seberkas cahaya
Aku bersejingkat di halaman  basah,
melangkahi dunia tanpa  lelah
Lalu kutemui hujan di matamu, kekasih,
seperti luka yang tak hendak pergi
Tangis  meluruh di pelipis senja,
mengenang cinta yang hampir sirna
Hujan adalah aliran kehidupan,
dari tanah ke langit, kembali ke denyut nadi
Tumbuh di akar, mengalir ke darah,
menghidupi resah
Aku yakin, kelak hujan menjadi nyanyian terakhir,
menyentuh dinginnya batu nisan, hening dan lirih
Di tiap tetesnya, kutemukan makna,
tentang hidup, cinta, Â kefanaan
Hujan di penghujung Januari tak sekadar rintik,
ia adalah titik-titik tak tereja di hati yang beku
di jasadku
bisu membatu