Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Â kembali menyelenggarakan pemberian Anugerah Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2024 sebagai bentuk apresiasi terhadap para pegiat dan tokoh di bidang kebudayaan. Penyerahan Anugerah Kebudayaan dilakukan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Bangsal Kepatihan Pemda DIY (28/11/2024).
Acara dibuka dengan persembahan tari "Saka Aji", mempresentasikan benda budaya berupa kain batik, topeng, wayang, dan keris sebagai ikon budaya DIY.
Anugerah Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta diberikan dengan tujuan meningkatkan dampak sosial budaya dalam bentuk dukungan moral dan motivasi kepada para pelaku dan objek yang masuk dalam ekosistem kebudayaan untuk turut berkembang, berprestrasi, dan berkontribusi dalam pemajuan kebudayaan.Â
Diharapkan pemberian anugerah ini menjadi pendorong masyarakat luas, terutama pegiat kebudayaan, terus berdedikasi, bersemangat dalam meningkatkan keterampilan, talenta, serta daya aruh dan daya cipta dari karya-karya yang kreatif dan inovatif.
Pemberian hadiah terbagi dalam empat kriteria, yaitu Anugerah Maha Adi Dharma Budaya, Anugerah Maha Bakti Budaya, Penghargaan Adikara Cipta Budaya, dan  Penghargaan Upakarya Budaya.Â
Penerima Anugerah Maha Adi Dharma Budaya merupakan tokoh yang secara tekun dan gigih berkomitmen mendarmakan diri melestarikan objek kebudayaan langka atau nyaris punah dan menjadi satu-satunya individu yang menjadi maestro terkait objek kebudayaan tersebut.
Penerima Anugerah Maha Bakti Budaya merupakan tokoh yang secara aktif mewariskan keahliannya kepada generasi muda dan berkiprah di bidangnya sekurang-kurangnya dua puluh tahun.
Penghargaan Adikara Cipta Budaya diberikan kepada tokoh yang berjasa menciptakan karya sebagai inspirasi bagi masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta,  berkiprah di bidang kebudayaan sekurang-kurangnya sepuluh  tahun.Â
Sedangkan Penghargaan Upakarya Budaya diberikan kepada tokoh yang menunjukkan dedikasi dalam pemeliharaan dan pengembangan objek kebudayaan yang ditekuni minimal sepuluh tahun serta memiliki kontribusi aktif dalam pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
Dalam laporan penyelenggaraan Anugerah Kebudayaan, Kepala Dinas Kebudayaan, Dian Lakshmi  Pratiwi, mengungkapkan makna penting pemberian Anugerah Kebudayaan.
"Ini merupakan upaya menghadirkan keberadaan pemerintah  dalam mengapresiasi kebudayaan. Menempatkan pelaku budaya yang telah berkontribusi pada tindakan kebudayaan dengan caranya masing-masing mengharumkan kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta," papar Dian Lakshmi.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa  penghargaan ini akan menempatkan penerima sebagai sumber nilai dan sumber inspirasi kebudayaan. Diharapkan ada keberlanjutan dan kontribusi penerima untuk desiminasi kepada masyarakat.
Setelah menyerahkan  28 Anugerah Kebudayaan, antara lain kepada Agus Dermawan T. (Adikara Cipta Budaya), Matheus Sal Murjiyanto (Anugerah Maha Bakti Budaya), Daud Aris Tanudirjo (Anugerah Adi Dharma Budaya), dan penerima  Anugerah Upakarya Budaya, antara lain Soimah Pancawati, Sujarwanto, Satmoko Budi Santoso, Suharso Soekohardjoso, Wasiran; Sri Sultan menyampaikan sambutan dengan menyatakan momentum pemberian Anugerah Kebudayaan sebagai perayaan dedikasi dan kontribusi luar biasa bagi kebudayaan Yogyakarta.
"Kehadiran kita semua adalah bukti nyata bahwa kebudayaan tetap menjadi sumber kekuatan yang memperkokoh jati diri dan karakter masyarakat kita," ungkap Sri Sultan.
Di bagian lain dipaparkan, dalam setiap tradisi karya seni dan nilai luhur yang diwariskan, terkandung kebijaksanaan yang memperkuat jati diri kita sebagai bangsa.
Penghargaan ini adalah wujud penghormatan tertinggi kepada individu dan kelompok yang telah menunjukan kontribusi nyata bagi pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
Sri Sultan mengajak  untuk bersama-sama menjaga kebudayaan agar tetap menjadi sumber inspirasi dan energi untuk membangun masa depan yang lebih baik.
"Semoga penganugerahan ini menjadi inspirasi dan dorongan bagi kita semua untuk terus menjaga, menghidupkan keisrimewaan Yogyakarta melalui pelestarian kebudayaan," harap Sri Sultan.
Sastrawan Satmoko Budi Santoso merasa bangga saat menerima penghargaan.
"Saya senang sekali karena kerja kreatif sastrawan diperhatikan pemerintah, mendapatkan apresiasi yang memadai. Penghargaan semacam ini harus dilanjutkan sebagai tradisi karena ikut membangun ekosistem berkebudayaan yang bagus," papar Satmoko dengan harapan penghargaan Upakarya Budaya terus berkelanjutan.
Acara ditutup dengan tarian "Laku Telu" yang menyiratkan keberadaan sumbu filosofi dari Panggung Krapyak sampai gunung Merapi. Tarian ini juga menggambarkan tiga fase kehidupan manusia yang manembah kepada kang murbeng dumadi. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H