Gerimis menderai serupa  air mata membawa desau masa lalu,  mengalir sunyi dalam hening  tak bertepiÂ
Tetesnya menorehkan  banjir duka dibingkai kenangan Â
Gerimis adalah aku, tafakur menggamit kisah  tak usai, meratapi janji yang  karam di pelabuhan waktu,  menyulam sepi di tengah denting hujanÂ
Gerimis menggumpal di tanah basah, Â di sesak dada, di lorong-lorong rindu, Â hancur diterjang badai Â
Gerimis saksi lukaku, Â
tuliskan jejak air mata merembes ke tanah menemu  akar  kelam masa lalu
 (kini aku tak lagi perlu berpura-pura lupa)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!