Dalam NKF #4, Wayang Wong Thengul ditampilkan di ujung rangkaian kegiatan, berupa tari fragmen Umarmaya-Umarmadi-- dua raja berasal dari Kuparman (Umarmaya) dan Kokarib (Umarmadi).
Dua raja ini saling bersaing memperluas daerah kekuasaan mereka sebelum pada akhirnya menjadi raja telukan (takhlukan) Wong Agung Jayengrana, tokoh legendaris dari cerita rakyat Jawa (khususnya dalam cerita Wayang Menak).Â
Umarmaya akhirnya menjadi penasihat, sedangkan Umarmadi menjadi pelindung Wong Agung Jayengrana.
Jayengrana dalam cerita rakyat Jawa melambangkan perjuangan spiritual dan fisik seorang pemimpin dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
la adalah tokoh yang mengajarkan nilai keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan, serta menjadi contoh pemimpin ideal bagi rakyat.
"Tampilan Umarmaya-Umarmadi kali ini merupakan bagian dari tari Golek Menak ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwana IX pada tahun 1948.
Tari Golek Menak terinspirasi dari Wayang Golek, diiringi kelompok karawitan Dwi Mudo Budoyo, Seyegan," jelas Agus.
Kehadiran Umarmaya-Umarmadi memiliki ragam gerak berbeda. Umarmaya dengan ragam bapang bandol, sedangkan Umarmadi dengan ragam bapang raja.
Dalam tarian, Umarmaya dan Umarmadi disimbolkan sebagai tokoh-tokoh yang bertarung.
Meskipun demikian, di balik pertempuran itu terselip pesan harmoni dan perdamaian. Dimaknai sebagai pergulatan hidup antara kebaikan dan keburukan yang pada akhirnya harus diselesaikan secara harmonis.
Kegiatan NKF #4 berjalan sesuai harapan panitia yang memiliki keinginan menciptakan ruang bagi masyarakat dari berbagai lapisan dapat bersatu dalam suasana penuh keceriaan guna merayakan keberagaman dan memperkuat ikatan sosial.