Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ngaran Kite Festival: Kebersamaan di Hamparan Sawah

14 Oktober 2024   15:50 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:27 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam NKF #4, Wayang Wong Thengul ditampilkan di ujung rangkaian kegiatan, berupa tari fragmen Umarmaya-Umarmadi-- dua raja berasal dari Kuparman (Umarmaya) dan Kokarib (Umarmadi).

Dua raja ini saling bersaing memperluas daerah kekuasaan mereka sebelum pada akhirnya menjadi raja telukan (takhlukan) Wong Agung Jayengrana, tokoh legendaris dari cerita rakyat Jawa (khususnya dalam cerita Wayang Menak). 

Umarmaya akhirnya menjadi penasihat, sedangkan Umarmadi menjadi pelindung Wong Agung Jayengrana.

Jayengrana dalam cerita rakyat Jawa melambangkan perjuangan spiritual dan fisik seorang pemimpin dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.

la adalah tokoh yang mengajarkan nilai keberanian, keadilan, dan kebijaksanaan, serta menjadi contoh pemimpin ideal bagi rakyat.

"Tampilan Umarmaya-Umarmadi kali ini merupakan bagian dari tari Golek Menak ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwana IX pada tahun 1948.

Tari Golek Menak terinspirasi dari Wayang Golek, diiringi kelompok karawitan Dwi Mudo Budoyo, Seyegan," jelas Agus.

Umarmaya, Umarmadi, dan layangan ikan paus/Foto: Agus Suprihono
Umarmaya, Umarmadi, dan layangan ikan paus/Foto: Agus Suprihono
Kehadiran Umarmaya-Umarmadi memiliki ragam gerak berbeda. Umarmaya dengan ragam bapang bandol, sedangkan Umarmadi dengan ragam bapang raja.

Dalam tarian, Umarmaya dan Umarmadi disimbolkan sebagai tokoh-tokoh yang bertarung.

Meskipun demikian, di balik pertempuran itu terselip pesan harmoni dan perdamaian. Dimaknai sebagai pergulatan hidup antara kebaikan dan keburukan yang pada akhirnya harus diselesaikan secara harmonis.

Layangan Komunitas Pelangi/Foto: dokpri Hermard
Layangan Komunitas Pelangi/Foto: dokpri Hermard
Kegiatan NKF #4 berjalan sesuai harapan panitia yang memiliki keinginan menciptakan ruang bagi masyarakat dari berbagai lapisan dapat bersatu dalam suasana penuh keceriaan guna merayakan keberagaman dan memperkuat ikatan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun