Situasi lebih pahit, ngenes, terjadi ketika diangkat sebagai pegawai negeri Dinas Perkebunan Jawa Tengah, dalam SK dan kartu pegawai justru tertulis nama Imam Budi Santoso.Â
Hal ini menyebabkan kenaikan pangkat terhambat dan tunjangan anak istri tidak pernah diterima sampai IBS minggat sebagai PNS. Semua terjadi karena adanya perbedaan penulisan nama dan ini dianggap sebagai pemalsuan dokumen.
Dengkur uwi merupakan peristiwa aneh dan menakutkan yang dialami IBS saat kelas empat sekolah dasar di Magetan, ketika musim kemarau. Tengah malam ia melintas di kebun luas milik kakeknya.Â
Dalam keremangan malam saat angin bertiup, tiba-tiba  terdengar suara seperti orang mendengkur dari arah semak-semak. Suara itu tidak hanya terdengar sekali, membuat IBS kecil lari tunggang-langgang ketakutan.  Malam itu ia menceritakan peristiwa di kebun kepada sang kakek.Â
Keesokan hari, kakeknya memberi tahu kalau suara seperti orang mendengkur berasal  dari pohon uwi (dioscorea alata) yang merambat pada pohon sekitarnya. Biasanya yang menimbulkan suara seperti orang mendengkur adalah uwi beras saat umbinya lama tidak diambil.Â
Umbi itu membesar, membuat tanah sekitarnya berongga. Bekas pohon-pohon uwi yang mati dan kering inilah yang membentuk lubang-lubang kecil di permukaan tanah.Â
Ketika angin bertiup maka dapat mengeluarkan suara serupa dengkuran karena lubang kecil, retakan di permukaan tanah berhubungan dengan geronggang sekitar umbi dalam tanah.
Semula buku Magetan: Bumi Kelahiran, akan dijadikan bagian dari buku yang disusun secara utuh mulai dari masa kecil di Magetan, sampai pengembaraan ke lereng gunung Lawu, Ungaran (Medini), dan  Boyolali. Buku "besar" ini jauh-jauh hari sudah diberi tetenger (oleh IBS) Jejak Tapak Lawu Prau Ungaran Merbabu karena pengembaraan penyair ini memang dari gunung ke gunung.
"Hanya saja karena  tulisan  mengenai memoar Magetan sudah lebih siap, maka buku Magetan: Bumi Kelahiran diterbitkan tiga tahun setelah IBS berpulang dengan mengumpulkan file-file yang terserak di komputer IBS," ungkap Cak Kandar.
Cak Kandar berkeinginan agar jejak Mas Iman terus terbaca oleh banyak orang. Setidaknya langkah kecil yang ia lakukan melalui penerbitan atau diskusi buku berkaitan dengan IBS merupakan upaya  ngopeni penyair besar yang lahir di Magetan dan berproses kreatif di Yogyakarta.
"Semoga buku Jejak Tapak Lawu Prau Ungaran Merbabu bisa terbit bulan Desember 2024 bertepatan dengan acara haul IBS," harap Cak Kandar mengakhiri obrolan di Omah Ampiran.