Dengan menangkap momen putik, maka bisa saja kita menuliskan puisi:
Perempuan cantik meludahkan sekeping  koin
Artinya, momen yang menjadi inspirasi penulisan adalah yang dekat dengan kita, apa yang kita lihat.
Sementara mentor lain, Herry Mardianto (pengamat dan penggerak sastra) mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan seorang penulis pemula adalah banyak membaca referensi. Ini dilakukan agar kita mengenal berbagai konvensi penulisan, baik sastra maupun non sastra. Di samping itu, dengan banyak membaca berarti memperkaya kosa kata.Â
Dalam mencipta puisi, hal penting lainnya adalah bagaimana memanfaatkan metafora dan memberi konteks peristiwa. Dengan begitu, puisi yang diciptakan akan berdampak luas, tidak hanya berurusan dengan diri sendiri, tetapi mampu menciptakan hal-hal katarsis atau berkesan bagi pembaca.
"Puisi bukan sekadar khayalan, tetapi berkait erat dengan nilai-nilai kehidupan. Dalam konteks ini, puisi tidak dapat dilepaskan dari logika. Pun puisi tidak berangkat dari kata yang dipuitis-puitiskan, sebab deretan  kata-kata puitis belum tentu puisi," jelas Herry di penghujung acara.
Kalau ada pertanyaan, apakah puisi harus menggunakan kata-kata yang indah, maka cobalah membaca puisi-puisi Rendra, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurba, mereka memakai bahasa sehari-hari yang ketika dirangkaikan menimbulkan makna dan asosiasi-asosiasi baru yang mengesankan. Bahkan Jokpin sengaja mempelajari dan mengorek-ngorek kata dalam KBBI Â untuk menciptakan pembaharuan dalam perkembangan perpuisian di Indonesia.
Komunitas Semak Kata sengaja mengadakan acara Ngobrol Sastra di KopiRite Cafe dalam rangka menerbitkan antologi puisi (dalam proses kurasi) dan antologi cerpen. Sudah ada empat belas cerpen yang pernah dimuat Kedaulatan Rakyat. Tinggal menambahkan beberapa cerpen lagi untuk diterbitkan menjadi antologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H