Pintu masuk makam berbentuk lengkungan menyerupai pelangi, melambangkan  tujuh warna (mijikuhibiniu), menciptakan keindahan. Sekaligus menggambarkan bahwa Giri Sapto diperuntukan bagi berbagai seniman yang berprestasi, dikenal masyarakat luas, dan mendapat penghargaan dari pemerintah.
"Pak Sapto berpikir bahwa surga atau langit itu lapis tujuh, pelangi jumlah warnanya tujuh, dan Sapto juga bermakna tujuh, makanya dinamakan Giri Sapto, Makam Seniman dan Budayawan Pengharum Bangsa. Karena para budayawan dan senimanlah yang mengharumkan nama bangsa lewat karya-karya mereka," jelas Yani.
Berbeda dengan situasi makam pada umumnya yang terkesan angker dan wingit, Giri Sapto terasa adem dengan seratus pohon langka (pemberian Dinas Perkebunan, Bogor), penataan makam yang estetik-terbagi dalam tujuh lantai.Â
Setiap lantai ditandai dengan gentong besar bertuliskan aksara Jawa, berisi falsafah hidup orang Jawa, antara lain sura diro jayaningrat lebur dening pangastuti (segala sifat murka atau keras hati hanya bisa dikalahkan oleh kebijaksanaan, kesabaran, dan kelembutan) dan jer basuki mawa beya (mengajarkan manusia untuk senantiasa bekerja keras dalam menggapai apa yang diinginkan).Â
Hingga kini sudah ada enam puluh lima seniman/budayawan yang dimakamkan, antara lain Djoko Pekik, Â Kusbini, Handung Kussudyarsana, GM Sudarta, Ki Ledjar Subroto, Hasmi, Kirdjomulyo, Bondan Nusantara, dan Iman Budhi Santosa.
Sebagai seorang isteri, Yani Saptohoedojo berharap agar Giri Sapto dapat menjadi sarana edukasi bagi generasi muda, baik sebagai tempat berkemah, mengenal budayawan/seniman dan karya-karya mereka, tempat penelitian tumbuh kembang pohon langka, dan sebagainya. Guna menunjang itu, kemungkinan satu atau dua tahun ke depan akan dilakukan renovasi museum yang sudah ada, dan pengelolaannya diserahkan kepada Dinas Kebudayaan DIY.
Pointer saran: pohon-pohon langka perlu diberi nama (termasuk nama latinnya) dan setiap tingkat makam perlu diberi daftar nama untuk memudahkan pengunjung berziarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H