Di sisi lain, Tinah, isteri pertama Kang Manto, juga pasrah dan tidak protes saat mengetahui suaminya menikah lagi.
Tinah tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Kang Manto. Dia berusaha menjaga rumah tangganya dengan mengalah, yang penting kebutuhan tiga anaknya tercukupi. Masalah Kang Manto menikah lagi dengan Karti semoga hanya mimpi.
Warna jawa diperkuat pengarang dengan menyelipkan kata-kata dalam bahasa Jawa tanpa menyertakan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Sikap pengarang sebagai orang Jawa, tercermin dalam ending cerita yang terbuka, menyerahkan penyelesaian konflik antara Kang Manto dan Kang Karso kepada pembaca.
Dua cerpen yang juga memiliki daya pukau adalah "Kacamata" (Margareth Widhy Pratiwi) dan "Hujan Poyan" (Yuliani Kumudaswari). Â Cerpen "Kacamata" menawarkan konsep absurditas karena setelah memakai kacamata, Rani menyadari bagaimana matanya tak hanya bisa melihat semua tulisan dan warna dengan lebih jelas. Lebih dari itu, ia bisa melihat apa yang terjadi di balik gedung dan rumah, menembus setiap dinding beton, bahkan apa yang dilakukan di kamar-kamar hotel, di toilet, Â bar, di setiap pojokan dan sudut ruang, semuanya jelas!
Sedangkan "Hujan Poyan" berangkat dari mitos masyarakat Sunda bahwa jika terjadi hujan poyan -- hujan saat cuaca panas -- maka ada perempuan hamil tapi belum menikah.
"Dalam menulis cerpen, saya memang selalu berangkat dari cerita rakyat. Kali ini mengangkat cerita yang saya kenali ketika kanak-kanak," jelas Yuliani.
sastra terus berdegup di Yogyakarta...
Acara dengan tajuk Bulan Purnama di Pohon Trembesi  yang digagas Komunitas Sastra Bulan Purnama setidaknya membuktikan bahwa kegiatanBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H