Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lontong Opor Ngloram, Kayu Jati, dan Pak Pangat

22 November 2023   10:52 Diperbarui: 22 November 2023   17:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita seputar geger  pacinan dari Batavia bergerak ke timur pesisir pantai utara; mitos tokoh  Naya Gimbal, lemah Sedodol, dan rasa penasaran terhadap beberapa kuliner khas Blora, membuat kami terdorong mengunjungi kota kelahiran sastrawan Indonesia terkemuka, Pramoedya Ananta Toer.

Bagi Mas Landung Simatupang, perjalanan kali ini menjadi penting karena sejak kecil, tokoh teater dan sastrawan Yogyakarta ini, sudah tergila-gila kepada sosok Pram, jatuh hati terhadap novel Perburuan. 

Novel itu, saat duduk di bangku  SMP, diambil Landung dari lemari ayahnya. Sejak saat itu Den Hardo  (tokoh utama novel  Perburuan) menghantui pikirannya.  Tanggal 16 Oktober, Perburuan berhasil dipentaskan Landung Simatupang di LIP Yogyakarta lewat pertunjukan Pembacaan Prosa Perburuan Pramoedya.

Selain Perburuan,  novel Bukan Pasar Malam cetakan pertama,  masih tersimpan di salah satu laci meja di rumah Mas Landung Simatupang. Ini merupakan bukti kecintaannya  terhadap  Pram, sastrawan kelahiran Blora yang pernah diusulkan mendapat penghargaan Nobel Sastra.

Kesederhanaan yang menggoda/Foto: Hermard
Kesederhanaan yang menggoda/Foto: Hermard

Sehari sebelum perjalanan Yogya-Blora, Mas Noereska sudah memberi tahu kalau besok (20/11/2023) akan mampir makan siang di lontong opor  Ngloram.  

"Kita sudah reservasi untuk makan siang di lontong opor Pak Pangat,  Mas. Jadi besok kalau berangkat pagi, sampai Ngloram pas makan siang. Kita harus mampir ke lontong opor Pak Pangat biar perjalanan ke Blora sah!" tulis Mas Noer lewat WhatsApp.

Keesokan harinya, perjalanan Yogya-Blora sepanjang dua ratus kilometer lebih, kami tempuh menggunakan mobil. Sekitar empat jam kemudian, kami  sampai di warung lontong opor Pak Pangat. Warung kuliner satu ini sangat terkenal dan sebaiknya kalau ingin merasakan lontong opor yang wowiwow, mendapatkan pelayanan prima, wajib reservasi satu hari sebelumnya. 

Dari balik jendela/Foto: Hermard
Dari balik jendela/Foto: Hermard
Sesungguhnya warungnya sangat sederhana, bahkan keberadaannya tidak mudah terlihat di antara deretan rumah penduduk dan toko kelontong di sebelah kirinya. Hanya ada sebuah papan besar di seberang jalan sebagai penanda.

Tak butuh waktu lama, dua mangkok besar berisi potongan ayam kampung dengan kuah berwarna kuning kemerahan beraroma rempah, dilengkapi lontong terbungkus daun, tersaji di depan kami bertujuh plus dua teman dari  Blora: Mas Heri Ruli dan Mbak Ida.

"Wah cocok ini Mas untuk saya. Pedes-nya pas, bumbunya juga meresap. Enak tenan," jelas Mas Landung kepada Mas Noereska sambil menikmati bagian paha ayam atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun