Kali ini aku menjelma menjadi secangkir kopi yang akan setia tercecap  di garis bibirmu. Sialnya seekor lalat terpeleset di tikungan hati.
"Plung!"
Air gelisahku bergetar. Matamu menajam ke lalat terkutuk yang mengoyak hasratku.
Bibirmu terkatup. Rinduku berkaca-kaca. Tak jadi menelusuri detak jantungmu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!