Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Malam

13 November 2023   21:32 Diperbarui: 13 November 2023   22:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Nol Kilometer/Foto: Hermard

Malamku mengapa engkau belok ke kiri, sedangkan aku ingin ke kanan. Hujanmu berjatuhan riuh di genting hatiku, kelu. Sudahlah, berhentilah, biarkan aku hening menangkapi sepi demi sepi di ujung jalan penantian. Anginmu begitu jahat menampar-nampar, melemparkan nasib ke ranting pohon yang tak berukir namamu. Ada tulisan menggantung: dilarang memanjat kecuali ditemani desau kesetiaan.

Kali ini aku sendirian. Kedinginan. Mengapa selimut dengan gambar jantung hati itu tiba-tiba hilang? 

Gelapmu terlalu asyik menyelinap di gang buntu dukaku. Malam begitu sempurna. 

"Belok kiri jalan terus," bisikmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun