Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa dan Nasionalisme di Hari Sumpah Pemuda

28 Oktober 2023   16:08 Diperbarui: 28 Oktober 2023   16:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan Cinta Bahasa Indonesia/Foto: Hermarf

Pertama:

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA - MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga:

- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928.

Begitulah bunyi Sumpah Pemuda yang digaungkan di Lapangan Banteng, tepatnya di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Jakarta. Mohammad Yamin  merumuskan  Sumpah Pemuda, kemudian  diserahkan kepada Soegondo Djojopoespito, ketua kongres. Rumusan tersebut menjadi Ikrar Sumpah Pemuda, selanjutnya dibacakan oleh Soegondo dan dipaparkan Mohammad Yamin yang kemudian disahkan sebagai Sumpah Pemuda.

Persoalan bahasa menjadi salah satu bagian dari Sumpah Pemuda karena masalah bahasa berkaitan erat dalam pembentukan sebuah negara, menjadi bagian penting  identitas nasional. Bahasa yang digunakan oleh penduduk suatu negara dapat menjadi simbol identitas nasional, bisa dikaitkan dengan asal/kebudayaan wilayah tertentu, dan menyatukan masyarakat dalam satu kesatuan. 

Bahasa sebagai identitas nasional, mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku (dengan ratusan bahasa dan budaya daerah sebagai kearifan lokal) sehingga bisa hidup berdampingan.

Di beberapa negara (misalnya Belgia dan India), bahasa sering menjadi isu sensitif, dan kebijakan bahasa dapat memengaruhi hubungan antarkelompok etnis, budaya, atau agama. Oleh karena itu, pengelolaan bahasa dengan bijak dan inklusif  berperan penting dalam membangun kesatuan dan stabilitas  sebuah negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun