Andai usiaku masih dua puluh enam, dan bukan enam puluh dua tahun, pasti di usiamu yang lima belas tahun aku sudah memiliki bejibun tulisan, Kompasiana. Aku masih punya semangat menggebu menulis. Tak perlu minuman penambah energi, obat kuat, jamu ramuan Madura, dijamin sehari bisa menghasilkan tiga atau lima tulisan bermutu dan menggoda admin Kompasiana serta ribuan kompasianer. Dengan begitu, tulisanku akan selalu AU, dibaca banyak orang, dan menerima K-Reward jutaan rupiah. Urip mulya, sugih raja brana.
Andai sejak dulu mengenal Kompasiana, pasti aku berniat membuat persekongkolan dengan Engkong Felix Tani, setidaknya berguru kepada Engkong bagaimana caranya membuli orang agar tidak sakit hati. Engkong satu ini emang pinter ndelik di balik tabir guyonan, sehingga siapa pun yang dibuli justeru merasa nyaman dan ketagihan. Di tangan Engkong, mereka bisa merasakan sensasi sedapnya ece-ecean yang masuk akal maupun tidak masuk akal.
Andai admin Kompasiana berbaik hati, pasti aku tidak pernah mendapat surat cinta untuk masalah foto dan artikel. Tapi biarlah, tak lucu rasanya kalau kompasianer tak pernah berurusan dengan admin Kompasiana. Anggap saja ini upaya menjalin keakraban, mempererat tali silaturahmi. Toh dengan surat cinta itu membuat beberapa tulisan menjadi AU dalam waktu berdekatan.
Andai Kompasiana tidak membuka pintu bagi kompasianer untuk saling bertegur sapa, kemungkinan aku tidak mengenal Itha Abimanyu, perempuan penyair yang mengajari bagaimana memasang foto di Kompasiana. Sekaligus tidak mungkin aku punya pengagum seperti  Bu Guru Halima Maysaroh, selalu memuji-muji hasil jepretanku (bolehlah gedhe rumangsa atau justeru merasa malu dengan foto yang asal jepret?).Â
Lebih tidak mungkin lagi mengenal pasangan abadi yang begitu santun dan ramah: Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina Tjiptadinata. Senang juga bersilaturahmi dengan Mbak Hennie Triana, Mbak Martha Weda, Mbak Patter, Mbak Suprihati, Mbak Isti Yogiswandani, Mbak Yustisia Kristiana-deretan Sri Kandi ini sangat amat saya kagumi karena tulisan-tulisan mereka yang wowiwow! Tak ketinggalan Dab Sirpa, Mas Irwan Rinaldi, Ayah Tuah, Mas Sunan Aminuddin, Mas Sigit Eka Pribadi, Mas Herman Utomo, Mas Parlin Pakpahan, Mas Totok Siswantara, dan sederet panjang nama lainnya yang selalu menginspirasi.
15 Tahun Kompasiana, aku hanya bisa bersyukur dapat berpartisipasi di platform penulisan yang sangat luar biasa- meskipun belum genap setahun ikut bergabung. Setidaknya Kompasiana serupa kantong ajaib yang dapat menyimpan ratusan tulisanku, merawatnya dengan baik, mencatat berapa jumlah pembaca, siapa saja yang memberi komentar dan rating.Â
Tentu di rumah ini aku harus siap merasa sendirian karena halaman yang aku punya tidak seramai halaman kompasianer lain yang dipenuhi bendera politik, olah raga, traveling, maupun kuliner. Dunia kesenian memang selalu sepi dari hiruk pikuk. Tak apalah, bukankah ini sudah merupakan pilihan untuk menjaga kanal Humaniora Kompasiana?
Selamat ulang tahun Kompasiana, biarkan aku di area sepi ing pamrih, rame ing gawe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H