Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Soal Pilihan Ganda: Dari Ngawang sampai Ngitung Benik

22 September 2023   21:54 Diperbarui: 30 September 2023   08:43 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan mengembangkan daya nalar mahasiswa/Foto: Hermard

Topik pilihan Kompasiana mengenai soal pilihan ganda dan bentuk open ended question mengingatkan saya saat mengikuti ujian akhir semester (untuk kedua kalinya) mata kuliah Kewiraan yang merupakan mata kuliah umum. 

Ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan di Fakultas Sastra mengikuti ujian  yang hari itu diadakan serentak di berbagai fakultas, hanya berbeda waktu: pagi, siang, dan sore.

Mengapa peserta ujian sampai ratusan orang dari berbagai fakultas? Tentu saja karena mata kuliah itu susah dipahami, terkadang terasa abstrak sekaligus absurd, ditambah dosennya killer! 

Untungnya setengah jam sebelum ujian berlangsung, kami yang sudah berada di ruang ujian (sambil belajar bersama), mendapatkan bocoran soal dan jawaban dari salah satu fakultas yang kalau itu ada di Sekip, Blimbingsari.

"Wah soale akeh banget. Ada multiple choice dan uraian," ujar Toni Indarto, lelaki peranakan Cina asal Weleri, Jawa Tengah.

Kami berdelapan, jurusan Sastra Indonesia angkatan tahun 1980-an, spontan merubung Toni. Mengamati kertas soal dan jawabannya.

"Kita berbagi tugas. Saya, Toni, dan Si Pri menghafal jawaban soal pilihan ganda. Herry dan Beny menjawab soal uraian," ujar Sapto Hartanto, mahasiswa yang dikenal rada koclok, memberi inisiatif.

Sumpah, sejak sekolah dari SD sampai perguruan tinggi, baru kali inilah saya berupaya mencontek. Tapi entah mengapa kala itu saya merasa tidak bersalah. Mungkin karena demi kepentingan bersama.  Herannya, saya ikut saja dengan ide teman-teman untuk mengerjakan soal secara berjamaah! Tak mengherankan kami semua lulus dengan nilai A dan B. Persengkongkolan yang hebat bukan?
 
Ketika menjadi dosen tamu di salah satu universitas swasta terkemuka di Yogyakarta, menjelang ujian tengah semester atau akhir semester,  pasti mahasiswa bertanya, "Bentuk soalnya pilihan ganda atau esai Pak?" 

Jujur, tidak pernah terbayangkan sekalipun memberi soal pilihan ganda saat ujian. Bagi saya, memberi soal pilihan ganda tidak akan mendorong daya  nalar berpikir kritis mahasiswa. Terlebih jika mahasiswa tidak mampu menjawab, pasti pikirannya ngawang-melayang kemana-mana atau tangannya bergerak ngitung benik-menghitung kancing baju sambil membatin, menuruti intuisi, harus menjawab A, B, C, atau D. 

Tak salah jika  BJ Habibie berprasangka negatif terhadap soal pilihan ganda, "Anak-anak akan cenderung hanya coret-coret, mengejar waktu, dan mengandalkan keuntungan saja  dalam memberikan jawaban."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun