Apa yang membedakan pembacaan puisi di atas panggung dan di tempat perlombaan? Tentu saja pembaca puisi di atas panggung pertunjukan memiliki kebebasan tak terbatas. Ia bebas bergerak, menggunakan sound system, menyiasati tata panggung, makeup, kostum, musik, dan lainnya.Â
Tidak seperti peserta lomba pembacaan puisi yang terikat dengan berbagai peraturan yang sudah disepakati dalam pertemuan teknis atau dalam ketentuan tertulis.
Dengan demikian apakah pembaca puisi di atas panggung mempunyai tanggung jawab yang lebih besar?
Baik pembaca di atas panggung maupun di tempat perlombaan mempunyai tanggung jawab yang sama. Mereka harus mampu menyampaikan pesan (message) yang terdapat dalam puisi yang mereka bacakan.Â
Tantangannya, bagaimana pembaca dapat mengapresiasi puisi dengan baik, dan bagaimana audience dapat tersihir dengan pembacaan yang dilakukan. Pembaca di atas panggung dengan kebebasan berekspresi, diharapkan lebih mampu menghadirkan suasana yang menghanyutkan/mengesankan, dramatik.
Benarkah pembacaan puisi di atas panggung lebih berkaitan dengan wilayah seni?
Sebenarnya baik pembacaan dalam lomba maupun di atas panggung, keduanya terkait dengan ide penyair, pembaca pertama-tama melakukan apresiasi terhadap puisi yang hendak dibaca.Â
Selebihnya, di wilayah seni pertunjukkan, seorang pembaca harus memahami berbagai media yang mampu mewujudkan kualitas dan intensitas vokal, gerak, permainan dan penikmatan.Â
Dalam pembacaan di atas panggung, media lain yang harus disiasati dapat berupa tempat/seting, lighting, illustrasi musik, sound effect, kostum, dan makeup.
Apakah dengan demikian pembaca di atas panggung berperan sebagai aktor?
Boleh dikatakan begitu. Pembaca di atas panggung berperan sebagai aktor yang harus memahami isi puisi yang kemudian diterjemahkan ke dalam kostum, makeup, lighting, bunyi-bunyian, dan musik. Ia menyadari situasi panggung demi keberhasilan pertunjukan pembacaan puisi.