Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Pembacaan Puisi dan Beberapa Pertanyaan Penting

26 Agustus 2023   08:22 Diperbarui: 26 Agustus 2023   08:28 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Rendra baca puisi/Foto: dokpri Hermard

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya menyukai deklamasi. Beberapa puisi saya hafal, misalnya saja "Aku", "Doa" (keduanya karya Chairil Anwar), dan "Padamu Jua" (Amir Hamzah). Meskipun saat itu (di Kuala Tungkal, Jambi), orang membaca puisi dianggap mengada-ngada, berteriak-teriak seperti orang gila, saya tidak ambil pusing. Sayangnya setiap kali mengikuti lomba deklamasi atau baca puisi mewakili sekolah -- sampai duduk di bangku SMA -- tidak pernah menang sekalipun. 

Meskipun begitu, kecintaan terhadap puisi terus mendera sampai ketika kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di Yogyakarta. Saya menyadari jika kekalahan saya saat lomba  baca puisi karena ketidakjelasan artikulasi pengucapan. 

Ketika kesadaran itu datang, saya langsung mencari cara bagaimana agar tetap dekat dengan kegiatan pembacaan puisi, tapi tidak harus membaca puisi.  Apa yang kemudian saya lakukan adalah mencari jalan bagaimana dipercaya menjadi juri pembacaan puisi. 

Saya ingat betul, pertama kali menjadi juri dalam lomba baca puisi yang diadakan oleh Keluarga Mahsiswa Sastra Indonesia di Fakultas Sastra UGM. Setelah itu tawaran menjadi juri lomba baca puisi pun terus ndlidir, mengalir.

Setelah bekerja, profesi  menjadi juri baca puisi terus membuntuti. Sampai-sampai dipercaya oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga DIY, membimbing siswa-siswa yang mewakili Provinsi Daerah Istimewa Yogyakart ke tingkat nasional. 

Ada hal menarik saat ngobrol dengan guru pembibing dan siswa seusai lomba. Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban yang saya berikan.

Apa yang harus dipersiapkan dalam lomba baca puisi?

Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah peraturan yang diterapkan panitia. Hal ini menjadi penting agar peserta tidak dirugikan. Untuk itulah sebenarnya pertemuan teknis sebelum lomba memiliki arti bagi penyelenggara dan peserta dalam menemukan kesepakatan-kesepakatan.  Misalnya saja pembacaan tidak diperkenankan diiringi musik, tanpa menggunakan sound effect, dan tanpa pelantang. 

Hal lainnya melakukan apresiasi terhadap puisi yang hendak dibaca. Cara sederhana dengan membaca berulang kali puisi tersebut hingga memahami isi dan tone puisi. Tone berkaitan dengan tuntutan bagaimana cara membacakan puisi itu (apa maunya puisi). Sebagai contoh, puisi yang berisi doa, tidak mungkin dibacakan dengan berteriak lantang.

Dalam perlombaan baca puisi, hal apa saja yang dinilai?

Secara sederhana ada tiga hal yang menjadi pertimbangan dewan juri, yaitu apresiasi, vokalisasi, dan ekspresi (termasuk gesture dan kreativitas).

Dari tiga hal tersebut, mana yang menjadi perhatian utama dewan juri?

Ketiga-tiganya menjadi perhatian. Hanya saja saat peserta mulai membaca puisi, maka perhatian dewan juri terutama pada vokalisasi. Karena hal inilah yang secara langsung dapat dirasakan oleh dewan juri. Tingkat apresiasi dan ekspresi menjadi perhatian berikutnya.

Seberapa penting vokalisasi dalam pembacaan puisi?

Sebenarnya hakikat membaca puisi adalah "merealisasikan"  perwujudan bunyi  yang semula tertuang dalam bentuk ideografi. Oleh sebab itu, membaca puisi tidak lain adalah mengungkapkan (kembali) ide (penyair) dengan perantaraan bunyi-bunyi bahasa yang indah dan mengesankan. 

Keindahan bunyi-bunyi bahasa tergantung pada volume, nada, speed, timbre, dan lainnya. Dengan kata lain, membaca merupakan kegiatan berkreasi dalam ranah vokalisasi. Artinya, seorang pembaca harus berkreasi agar dapat mengekspresikan teks puisi dengan baik. Teks puisi harus mampu "dihidupkan"  atau "diberi nyawa" dalam bentuk lisan oleh pembacanya.

Lomba membaca puisi/Foto: Hermard
Lomba membaca puisi/Foto: Hermard
Seandainya dalam sebuah puisi ada kata-kata: dan ia pun bernyanyi, disusul dengan  semacam teks lagu, apa yang harus pembaca lakukan. Apakah tetap dibaca atau dinyanyikan?

Kita harus mengingat bahwa dewan juri juga akan menilai soal kreativitas. Jika pembaca bisa bernyanyi dan suaranya memang bagus, ya dinyanyikan saja. Tetapi kalau tidak bisa nyanyi dan justru fals, maka sebaiknya tetap dibaca saja. Ini lebih aman dan tidak mengurangi nilai.

Dalam lomba membaca puisi, apakah pembaca diizinkan melepaskan teks?

Kalau yang dimaksudkan membaca dari awal sampai akhir, tanpa membawa teks, jelas ini salah besar. Bukankah lombanya adalah membaca puisi, artinya harus ada yang dibaca (teks puisi). Jika peserta hafal di luar kepala dan maju tanpa membawa teks, berarti ia berdeklamasi, bukan membaca puisi.

Nah ada pula pembaca yang melepaskan (membuang/menerbangkan) teks yang dibawanya saat selesai membaca keseluruhan puisi. Ada dewan juri yang memperbolehkan dalam konteks pembacanya ingin mendapatkan efek dramatis. 

Meskipun begitu ada dewan juri yang berpikiran bahwa aktivitas membuang teks merupakan tindakan yang tidak dibenarkan karena itu menyiakan-nyiakan puisi, tidak menghargai penyairnya.

Dalam membaca puisi, apakah ada tuntutan pembaca harus hafal terhadap puisi yang dibacanya?

Sebaiknya pembaca puisi hafal bagian-bagian klimaks puisi yang dibacanya. Hal ini agar emosi dan ekspresinya tetap stabil, tidak terpatah-patah. Meskipun hafal, pembaca tetap sesekali melirik ke teks agar dewan juri yakin bahwa peserta membaca puisi, bukan menghafalkan puisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun