Tetapi kehilangan musala untuk sementara bukanlah sayatan berkepanjangan bagi Pak Mardjoko.
"Sedaya saking kersaning Allah Kang Murbengdumadi -- semua terjadi atas kehendak Allah SWT," ujarnya tawakal.
Kenangan ramadan tahun ini juga terkait  dengan situasi setelah dua minggu melaksanakan puasa, hampir setiap malam kami dihibur dengan (serupa) musik kotekan dari tetangga desa di sebelah utara. Maklum kami warga baru di Randugowang, Sleman, sehingga belum mengerti benar tradisi di sini.
"Iya Pak, sekelompok pemuda di Tegalweru mengadakan latihan hampir setiap malam. Mereka akan mengikuti festival takbiran pada malam lebaran," jelas Mas Margiyono, penduduk asli Randugowang.
Saat ingin membayar zakat fitrah pun, saya mendatangi masjid di Randugowang sambil membawa amplop berisi uang zakat. Sampai di sana sudah ada beberapa orang ibu yang datang dengan membawa beras dalam karung. Saya pun bertanya kepada takmir masjid, apakah bisa zakat fitrah dengan uang?
"Nuwun sewu Pak, wonten mriki sampun tradisi menawi zakat fitrah mawi beras -- maaf Pak, di sini tradisi zakat fitrahnya setor beras," terang Pak Puji.
Hari ini genap sudah menjalankan puasa ramadan di tahun 2023 dengan segala kenangannya. Semoga kita bisa betemu pada ramadan 2024 dengan tantangan Kompasiana yang kian menarik. Ramadan bersama Kompasiana adalah mengolah kemampuan lahir dan batin dalam konteks memaknai ramadan sebaik mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H